Cara Menghitung Pph 25 Badan Bulanan
Cara Menghitung Pph 25 Badan Bulanan

rsuddepatihamzah.com – Cara menghitung PPh 25 badan bulanan merupakan hal krusial bagi setiap perusahaan. Memahami perhitungan ini dengan benar akan membantu perusahaan dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan menghindari sanksi. Artikel ini akan memandu Anda melalui langkah-langkah perhitungan, mulai dari dasar hukum hingga pengisian SPT Masa PPh Pasal 25, mencakup berbagai jenis usaha dan skenario.

Dari pengertian PPh Pasal 25 badan hingga prosedur perhitungan detail, panduan ini akan memberikan pemahaman komprehensif. Kita akan membahas berbagai metode perhitungan, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta cara mengatasi kesalahan umum dalam pelaporan. Dengan pemahaman yang baik, perusahaan dapat mengelola kewajiban pajaknya secara efektif dan efisien.

Cara Menghitung Pph 25 Badan Bulanan
Cara Menghitung Pph 25 Badan Bulanan

Daftar Isi

Dasar Perhitungan PPh Pasal 25 Badan Bulanan

PPh Pasal 25 Badan merupakan pajak penghasilan yang dibayar secara angsuran bulanan oleh badan usaha. Pembayaran ini bertujuan untuk memperkecil beban pajak yang harus dibayar pada saat pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan Badan. Perhitungan yang tepat dan akurat sangat penting untuk menghindari denda dan sanksi administrasi dari pihak pajak.

Pengertian PPh Pasal 25 Badan

PPh Pasal 25 Badan adalah pajak penghasilan yang dibayar secara berkala (bulanan) oleh wajib pajak badan berupa badan usaha, baik perusahaan perseorangan maupun badan hukum, sebagai bentuk pembayaran pajak penghasilan atas penghasilan neto yang diperkirakan diterima sepanjang tahun pajak. Sistem ini dirancang untuk menghindari beban pajak yang besar di akhir tahun pajak.

Dasar Hukum Perhitungan PPh Pasal 25 Badan Bulanan

Perhitungan PPh Pasal 25 Badan mengacu pada Undang-Undang Pajak Penghasilan dan peraturan pelaksanaannya. Aturan-aturan ini mengatur tentang tarif pajak, dasar pengenaan pajak, dan mekanisme pembayaran angsuran. Secara umum, peraturan ini dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dan peraturan pelaksanaannya.

Perbedaan Perhitungan PPh Pasal 25 Berbagai Jenis Usaha

Metode perhitungan PPh Pasal 25 Badan dapat bervariasi tergantung pada jenis usaha dan penghasilannya. Berikut tabel perbedaan perhitungannya (perhitungan ini bersifat ilustrasi dan perlu disesuaikan dengan kondisi aktual dan peraturan perpajakan terbaru):

Jenis Usaha Dasar Perhitungan Rumus Perhitungan
Perusahaan Dagang Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang diperkirakan sepanjang tahun (PKP diperkirakan/12 bulan) x Tarif PPh Badan
Perusahaan Jasa Penghasilan Bruto dikurangi Biaya yang dapat dikurangkan, diperkirakan sepanjang tahun ((Penghasilan Bruto – Biaya) diperkirakan/12 bulan) x Tarif PPh Badan
Perusahaan Manufaktur Laba Kotor dikurangi Biaya yang dapat dikurangkan, diperkirakan sepanjang tahun ((Laba Kotor – Biaya) diperkirakan/12 bulan) x Tarif PPh Badan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya PPh Pasal 25 Badan

Beberapa faktor penting yang memengaruhi besarnya PPh Pasal 25 yang harus dibayar meliputi:

  • Besar penghasilan kena pajak (PKP) yang diperkirakan sepanjang tahun pajak.
  • Tarif pajak penghasilan badan yang berlaku.
  • Beban biaya yang dapat dikurangkan.
  • Penggunaan fasilitas fiskal (jika ada).
  • Metode perhitungan yang digunakan (misalnya, perhitungan berdasarkan perkiraan penghasilan atau laba).

Contoh Kasus Perhitungan PPh Pasal 25 Badan untuk UKM

Misalnya, sebuah UKM bergerak di bidang kuliner memiliki perkiraan PKP sebesar Rp 600.000.000 per tahun dan tarif PPh Badan 25%. Maka, PPh Pasal 25 yang harus dibayar setiap bulan adalah:

(Rp 600.000.000 / 12 bulan) x 25% = Rp 12.500.000

Perlu diingat bahwa ini hanyalah contoh sederhana. Perhitungan sebenarnya bisa lebih kompleks dan membutuhkan pertimbangan berbagai faktor lain sesuai peraturan perpajakan yang berlaku.

Prosedur Perhitungan PPh Pasal 25 Badan Bulanan

Perhitungan PPh Pasal 25 Badan bulanan merupakan kewajiban bagi perusahaan badan untuk menyetorkan pajak penghasilan secara berkala. Proses ini bertujuan untuk menghindari tunggakan pajak yang besar di akhir tahun pajak. Memahami prosedur perhitungannya dengan tepat sangat penting untuk memastikan kepatuhan perpajakan dan menghindari sanksi.

Langkah-langkah Perhitungan PPh Pasal 25 Badan Bulanan

Perhitungan PPh Pasal 25 Badan bulanan melibatkan beberapa tahapan. Berikut langkah-langkahnya secara detail:

  1. Menentukan Penghasilan Kena Pajak (PKP): Hitung penghasilan bruto selama satu bulan, lalu kurangi dengan biaya-biaya yang diizinkan secara fiskal. Hasilnya adalah PKP.
  2. Menentukan Tarif Pajak: Tarif pajak PPh Badan ditentukan berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan. Tarifnya bersifat progresif, artinya semakin tinggi PKP, semakin tinggi pula tarif pajaknya.
  3. Menghitung PPh Terutang: Kalikan PKP dengan tarif pajak yang berlaku. Hasilnya adalah PPh Pasal 25 terutang untuk bulan tersebut.
  4. Memperhitungkan Kredit Pajak (jika ada): Jika perusahaan memiliki kredit pajak dari periode sebelumnya atau sumber lain yang diizinkan, kurangi jumlah kredit pajak dari PPh Pasal 25 terutang.
  5. Menentukan PPh Pasal 25 yang Harus Dibayar: Selisih antara PPh Pasal 25 terutang dan kredit pajak merupakan jumlah yang harus disetor ke kas negara.

Flowchart Perhitungan PPh Pasal 25 Badan Bulanan

Berikut ilustrasi alur perhitungan PPh Pasal 25 Badan dalam bentuk flowchart:

[Mulai] –> [Hitung Penghasilan Bruto] –> [Kurangi Biaya yang Diperbolehkan] –> [Dapatkan PKP] –> [Tentukan Tarif Pajak] –> [Hitung PPh Terutang] –> [Ada Kredit Pajak?] –> [Ya: Kurangi Kredit Pajak dari PPh Terutang] –> [Tidak: Lanjutkan] –> [Bayar PPh Pasal 25] –> [Selesai]

Contoh Kasus Perhitungan PPh Pasal 25 Badan

Misalnya, PT Maju Jaya memiliki penghasilan bruto sebesar Rp 100.000.000,- dalam satu bulan. Biaya yang diperbolehkan sebesar Rp 60.000.000,-. Tarif pajak PPh Badan 25%. Maka:

Item Jumlah (Rp)
Penghasilan Bruto 100.000.000
Biaya 60.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 40.000.000
Tarif Pajak 25%
PPh Pasal 25 Terutang 10.000.000

Dalam contoh ini, PT Maju Jaya harus menyetor PPh Pasal 25 sebesar Rp 10.000.000,-

Perhitungan PPh Pasal 25 Badan dengan Kredit Pajak

Anggap PT Maju Jaya memiliki kredit pajak sebesar Rp 2.000.000,- dari periode sebelumnya. Maka PPh Pasal 25 yang harus dibayar adalah:

PPh Pasal 25 yang harus dibayar = PPh Pasal 25 terutang – Kredit Pajak = Rp 10.000.000 – Rp 2.000.000 = Rp 8.000.000,-

Perbedaan Perhitungan PPh Pasal 25 Badan Metode Neto dan Bruto

Metode neto menghitung PPh Pasal 25 berdasarkan Penghasilan Kena Pajak (PKP) setelah dikurangi biaya. Metode bruto menghitung PPh Pasal 25 berdasarkan penghasilan bruto sebelum dikurangi biaya. Perbedaannya terletak pada saat pengurangan biaya. Pada metode neto, pengurangan biaya dilakukan sebelum perhitungan pajak, sedangkan pada metode bruto, perhitungan pajak dilakukan terlebih dahulu baru kemudian dikurangi dengan biaya. Namun, penggunaan metode bruto untuk perhitungan PPh Pasal 25 badan tidak lazim dan umumnya metode neto yang digunakan.

Cara Menghitung Pph 25 Badan Bulanan
Cara Menghitung Pph 25 Badan Bulanan

Pengisian SPT Masa PPh Pasal 25

Setelah memahami cara menghitung PPh Pasal 25 badan bulanan, langkah selanjutnya adalah mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPh Pasal 25 dengan benar dan tepat waktu. Ketepatan pengisian SPT ini sangat penting untuk menghindari sanksi administrasi dan memastikan kewajiban perpajakan perusahaan terpenuhi. Panduan berikut akan membantu Anda melalui proses pengisian SPT Masa PPh Pasal 25 Badan secara detail.

Langkah-langkah Pengisian SPT Masa PPh Pasal 25 Badan

Pengisian SPT Masa PPh Pasal 25 Badan dilakukan secara online melalui website Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Berikut langkah-langkahnya:

  1. Login ke sistem e-SPT DJP menggunakan NPWP dan password Anda.
  2. Pilih menu “SPT Masa PPh Pasal 25 Badan”.
  3. Pilih periode pajak yang akan dilaporkan.
  4. Isi formulir SPT Masa PPh Pasal 25 Badan sesuai dengan data yang telah dihitung sebelumnya. Pastikan data yang dimasukkan akurat dan lengkap.
  5. Lakukan pengecekan kembali seluruh data yang telah diisi untuk menghindari kesalahan.
  6. Setelah yakin semua data benar, kirim SPT Masa PPh Pasal 25 Badan secara elektronik.
  7. Simpan bukti penerimaan elektronik (BPE) sebagai bukti pelaporan.

Detail Formulir SPT Masa PPh Pasal 25

Formulir SPT Masa PPh Pasal 25 Badan terdiri dari beberapa bagian penting yang harus diisi dengan teliti. Secara umum, formulir ini mencakup informasi identitas wajib pajak, periode pelaporan, penghasilan neto, perhitungan PPh Pasal 25 terutang, dan jumlah PPh Pasal 25 yang telah dibayar.

  • Identitas Wajib Pajak: NPWP, nama perusahaan, alamat, dan informasi lain yang relevan.
  • Periode Pajak: Bulan dan tahun pelaporan.
  • Penghasilan Neto: Penghasilan kena pajak setelah dikurangi biaya-biaya yang diizinkan.
  • Perhitungan PPh Pasal 25: Menunjukkan perhitungan PPh Pasal 25 terutang berdasarkan penghasilan neto dan tarif pajak yang berlaku.
  • PPh Pasal 25 yang Telah Dibayar: Bukti pembayaran PPh Pasal 25 yang telah dilakukan selama periode pelaporan.

Contoh Pengisian SPT Masa PPh Pasal 25 Badan, Cara menghitung pph 25 badan bulanan

Berikut contoh pengisian SPT Masa PPh Pasal 25 Badan dengan data fiktif:

Item Jumlah (Rp)
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 100.000.000
Tarif PPh Pasal 25 25%
PPh Pasal 25 Terutang 25.000.000
PPh Pasal 25 yang Sudah Dibayar 25.000.000
Kurang Bayar/Lebih Bayar 0

Catatan: Contoh di atas merupakan ilustrasi sederhana. Perhitungan PPh Pasal 25 sebenarnya dapat lebih kompleks tergantung pada jenis usaha dan faktor-faktor lainnya.

Kesalahan Umum dan Cara Mengatasinya

Beberapa kesalahan umum yang sering terjadi dalam pengisian SPT Masa PPh Pasal 25 Badan antara lain kesalahan dalam perhitungan PPh Pasal 25, ketidaksesuaian data antara bukti pembayaran dan data yang dilaporkan, dan keterlambatan pelaporan. Untuk mengatasinya, pastikan untuk melakukan pengecekan berulang kali sebelum mengirimkan SPT dan selalu menyimpan bukti pembayaran PPh Pasal 25.

Baca Juga:  Cara Menghitung Plesteran Lantai

Sanksi Keterlambatan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25

Keterlambatan dalam pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25 akan dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Berikut tabel ringkasannya:

Jenis Keterlambatan Sanksi Administrasi Sanksi Pidana
Terlambat beberapa hari Denda sesuai peraturan yang berlaku
Terlambat lebih dari 3 bulan Denda yang lebih besar, tergantung dari jumlah pajak yang terutang Mungkin dikenakan sanksi pidana sesuai UU KUP

Catatan: Besaran sanksi dapat berubah sewaktu-waktu, sebaiknya selalu mengacu pada peraturan perpajakan terbaru dari DJP.

Perubahan dan Pembaruan Aturan PPh Pasal 25 Badan: Cara Menghitung Pph 25 Badan Bulanan

Peraturan perpajakan, khususnya terkait PPh Pasal 25 Badan, sering mengalami perubahan dan pembaruan. Memahami perubahan-perubahan ini sangat krusial bagi perusahaan untuk memastikan perhitungan pajak mereka akurat dan sesuai dengan regulasi yang berlaku. Ketidakakuratan dalam perhitungan dapat berakibat pada sanksi administrasi yang merugikan. Berikut ini beberapa perubahan signifikan dan dampaknya terhadap perhitungan PPh Pasal 25 Badan.

Dampak Perubahan Tarif Pajak Penghasilan

Salah satu perubahan yang sering terjadi adalah penyesuaian tarif pajak penghasilan badan. Misalnya, penurunan atau kenaikan tarif pajak akan langsung mempengaruhi besarnya PPh Pasal 25 yang harus disetor. Jika tarif pajak turun, maka jumlah PPh Pasal 25 yang dibayarkan pun akan berkurang. Sebaliknya, kenaikan tarif akan meningkatkan jumlah PPh Pasal 25 yang harus dibayarkan.

Sebagai contoh, jika tarif PPh Badan turun dari 25% menjadi 22%, maka perusahaan dengan penghasilan kena pajak yang sama akan membayar PPh Pasal 25 yang lebih rendah. Perubahan ini mengharuskan perusahaan untuk menyesuaikan metode perhitungan PPh Pasal 25 mereka agar tetap akurat.

Pengaruh Perubahan Aturan Perhitungan Penghasilan Kena Pajak

Perubahan aturan mengenai pengurangan dan pengkreditan dalam menghitung penghasilan kena pajak juga berdampak signifikan. Perubahan ini bisa berupa penambahan atau penghapusan pos-pos tertentu yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Misalnya, perubahan aturan mengenai pengurangan biaya tertentu atau penambahan jenis biaya yang dapat dibebankan.

Bayangkan sebuah perusahaan yang sebelumnya dapat mengurangi biaya penelitian dan pengembangan sebesar 300 juta rupiah dari penghasilan bruto. Jika kemudian aturan berubah dan biaya tersebut hanya dapat dikurangkan sebesar 200 juta rupiah, maka penghasilan kena pajaknya akan meningkat, sehingga PPh Pasal 25 yang terutang juga akan naik.

Implementasi Sistem E-Filing dan Perubahan Prosedur Pelaporan

Perubahan sistem pelaporan, seperti implementasi e-Filing, juga mempengaruhi proses perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 25. Sistem e-Filing menuntut akurasi data yang lebih tinggi dan pemahaman yang baik terhadap sistem pelaporan online. Kesalahan input data dapat menyebabkan penundaan atau bahkan penolakan pelaporan.

Perusahaan perlu memastikan sistem internal mereka mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan format yang dibutuhkan oleh sistem e-Filing. Pelatihan bagi petugas pajak internal juga sangat penting untuk memastikan kelancaran proses pelaporan.

Ringkasan Perubahan Peraturan yang Perlu Diperhatikan

  • Selalu update informasi terbaru mengenai tarif PPh Badan.
  • Pahami dengan detail perubahan aturan mengenai biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
  • Kuasai prosedur pelaporan PPh Pasal 25 melalui sistem e-Filing dan pastikan data yang dilaporkan akurat.
  • Konsultasikan dengan konsultan pajak jika menghadapi keraguan atau kesulitan dalam memahami peraturan terbaru.

Perubahan peraturan perpajakan yang signifikan harus selalu dipantau dan dipelajari secara berkala untuk menghindari kesalahan perhitungan dan sanksi administrasi. Wajib pajak disarankan untuk selalu mengacu pada peraturan perpajakan terbaru yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

Konsultasi dan Bantuan Perpajakan

Menghitung PPh Pasal 25 Badan secara akurat dan tepat waktu sangat penting untuk menghindari denda dan sanksi dari otoritas pajak. Namun, kompleksitas regulasi perpajakan seringkali membuat perusahaan, terutama yang berukuran kecil dan menengah, merasa kesulitan. Oleh karena itu, memanfaatkan bantuan dan konsultasi perpajakan menjadi langkah strategis untuk memastikan kepatuhan dan efisiensi perencanaan pajak.

Pentingnya Konsultasi dengan Konsultan Pajak

Konsultan pajak berpengalaman memiliki pengetahuan mendalam tentang peraturan perpajakan yang selalu berubah. Mereka dapat membantu perusahaan menafsirkan regulasi yang rumit, mengidentifikasi potensi penghematan pajak yang legal, dan memastikan perhitungan PPh Pasal 25 Badan akurat. Konsultasi juga memberikan ketenangan pikiran karena perusahaan terhindar dari kesalahan perhitungan yang berpotensi merugikan.

Manfaat Menggunakan Software Perpajakan

Software perpajakan dirancang untuk mempermudah proses perhitungan PPh Pasal 25 Badan. Fitur otomatisasi dalam software ini dapat mengurangi risiko kesalahan manusia dan mempercepat proses penghitungan. Selain itu, beberapa software juga menyediakan fitur pelaporan dan analisis data pajak yang berguna untuk perencanaan pajak jangka panjang. Contohnya, software dapat menghitung otomatis besarnya PPh Pasal 25 yang terutang berdasarkan data keuangan perusahaan, dan menghasilkan laporan yang siap diajukan ke kantor pajak.

Sumber Informasi Terpercaya Mengenai Perhitungan PPh Pasal 25 Badan

Informasi yang akurat dan terpercaya sangat penting dalam menghitung PPh Pasal 25 Badan. Beberapa sumber informasi terpercaya meliputi situs web resmi Direktorat Jenderal Pajak (DJP), buku dan jurnal perpajakan dari penerbit ternama, dan konsultasi dengan konsultan pajak profesional. Memastikan sumber informasi berasal dari lembaga resmi dan terpercaya sangat penting untuk menghindari informasi yang salah atau menyesatkan.

Lembaga atau Instansi yang Dapat Dihubungi untuk Bantuan Perhitungan PPh Pasal 25 Badan

  • Direktorat Jenderal Pajak (DJP): Kantor pelayanan pajak (KPP) di wilayah perusahaan beroperasi.
  • Konsultan pajak profesional yang terdaftar dan berizin.
  • Asosiasi profesi akuntan publik, seperti Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
  • Lembaga pendidikan dan pelatihan perpajakan.

Layanan Konsultasi Perpajakan dan Biayanya

Layanan konsultasi perpajakan tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari konsultasi satu kali untuk permasalahan spesifik hingga layanan berlangganan bulanan atau tahunan. Biaya konsultasi bervariasi tergantung pada kompleksitas masalah, pengalaman konsultan, dan durasi layanan. Beberapa konsultan menetapkan biaya per jam, sementara yang lain menawarkan paket harga untuk layanan tertentu. Sebagai gambaran umum, biaya konsultasi perpajakan dapat berkisar dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah, tergantung kompleksitas permasalahan dan kebutuhan perusahaan. Sebaiknya perusahaan meminta penawaran harga dari beberapa konsultan sebelum memutuskan untuk menggunakan jasanya.

Penutupan

Menghitung PPh 25 badan bulanan memang membutuhkan ketelitian dan pemahaman yang mendalam. Namun, dengan mengikuti langkah-langkah yang telah diuraikan dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, proses ini dapat dijalankan dengan lancar. Selalu pastikan untuk selalu memperbarui pengetahuan Anda mengenai perubahan peraturan perpajakan untuk memastikan kepatuhan dan menghindari masalah di kemudian hari. Konsultasi dengan profesional perpajakan juga sangat dianjurkan untuk memastikan akurasi perhitungan dan meminimalisir risiko.

Bagikan:

Tinggalkan komentar