Cara Menghitung Valuasi Perusahaan
Cara Menghitung Valuasi Perusahaan

rsuddepatihamzah.com – Cara menghitung valuasi perusahaan merupakan hal krusial bagi investor, pengusaha, dan analis keuangan. Memahami nilai sebenarnya dari sebuah perusahaan membutuhkan pemahaman mendalam tentang berbagai metode dan faktor yang mempengaruhinya. Artikel ini akan membahas secara komprehensif berbagai pendekatan valuasi, mulai dari metode Discounted Cash Flow (DCF) hingga pendekatan pasar dan aset, dilengkapi dengan contoh perhitungan dan faktor-faktor kunci yang perlu dipertimbangkan.

Proses valuasi perusahaan tidak sesederhana melihat angka pendapatan saja. Banyak faktor, baik kuantitatif maupun kualitatif, yang berperan penting dalam menentukan nilai sebenarnya. Dengan memahami metode-metode yang tepat dan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, kita dapat menghasilkan estimasi valuasi yang lebih akurat dan terinformasi.

Cara Menghitung Valuasi Perusahaan
Cara Menghitung Valuasi Perusahaan

Memahami Valuasi Perusahaan

Valuasi perusahaan merupakan proses penentuan nilai ekonomi suatu perusahaan. Nilai ini penting untuk berbagai keperluan, mulai dari pengambilan keputusan investasi, merger dan akuisisi, hingga penentuan harga saham di pasar modal. Menentukan valuasi yang akurat membutuhkan pemahaman mendalam tentang berbagai metode dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Beberapa metode umum digunakan untuk menghitung valuasi perusahaan, masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya. Penting untuk memilih metode yang paling sesuai dengan karakteristik perusahaan dan tujuan valuasi.

Metode Valuasi Perusahaan

Berikut adalah beberapa metode valuasi perusahaan yang umum digunakan, beserta perbandingan singkatnya:

Metode Valuasi Deskripsi Singkat Kelebihan Kekurangan
Discounted Cash Flow (DCF) Menetapkan nilai perusahaan berdasarkan nilai sekarang dari arus kas bebas yang diharapkan di masa mendatang. Menghasilkan valuasi yang intrinsik dan berbasis fundamental. Sangat sensitif terhadap asumsi pertumbuhan dan tingkat diskonto. Membutuhkan proyeksi arus kas yang akurat, yang bisa sulit diperoleh.
Comparable Company Analysis (CCA) Membandingkan rasio keuangan perusahaan target dengan perusahaan sejenis yang sudah terdaftar di bursa. Relatif sederhana dan mudah dipahami. Tergantung pada ketersediaan data perusahaan sebanding yang relevan dan dapat dibandingkan. Tidak memperhitungkan faktor-faktor unik perusahaan target.
Precedent Transaction Analysis (PTA) Menganalisis transaksi akuisisi serupa di masa lalu untuk menentukan nilai perusahaan. Memberikan indikasi harga yang telah dibayarkan untuk perusahaan sejenis di masa lalu. Transaksi masa lalu mungkin tidak selalu mencerminkan kondisi pasar saat ini. Sulit menemukan transaksi yang benar-benar sebanding.
Asset-Based Valuation Menilai nilai perusahaan berdasarkan nilai aset bersihnya. Mudah dipahami dan dihitung, khususnya untuk perusahaan dengan aset berwujud yang signifikan. Tidak memperhitungkan nilai aset tidak berwujud seperti merek dan teknologi. Tidak relevan untuk perusahaan dengan aset berwujud yang kecil.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan

Sejumlah faktor kunci secara signifikan mempengaruhi nilai perusahaan. Faktor-faktor ini saling berkaitan dan kompleksitasnya bergantung pada industri dan kondisi ekonomi.

  • Pendapatan dan profitabilitas: Perusahaan dengan pendapatan dan profitabilitas yang tinggi cenderung memiliki valuasi yang lebih tinggi.
  • Pertumbuhan: Prospek pertumbuhan pendapatan dan laba di masa depan sangat berpengaruh pada valuasi.
  • Risiko: Tingkat risiko yang lebih tinggi (misalnya, volatilitas pendapatan, utang yang tinggi) akan menurunkan valuasi.
  • Kondisi pasar: Kondisi ekonomi makro, suku bunga, dan sentimen investor juga berpengaruh.
  • Aset dan liabilitas: Nilai aset bersih dan struktur modal (utang vs. ekuitas) mempengaruhi valuasi.

Contoh Pengaruh Faktor Kunci terhadap Nilai Perusahaan

Bayangkan dua perusahaan di industri yang sama. Perusahaan A memiliki pendapatan tinggi (Rp 100 miliar) tetapi juga memiliki utang yang besar (Rp 80 miliar). Perusahaan B memiliki pendapatan yang lebih rendah (Rp 50 miliar) tetapi utang yang jauh lebih kecil (Rp 10 miliar). Meskipun Perusahaan A memiliki pendapatan yang lebih tinggi, valuasinya mungkin lebih rendah daripada Perusahaan B karena beban utang yang besar meningkatkan risiko keuangannya dan mengurangi nilai arus kas bebas.

Ilustrasi Perbedaan Valuasi

Ilustrasi deskriptif: Perusahaan dengan pendapatan tinggi dan utang besar akan terlihat seperti balon besar yang hampir meletus. Balon tersebut (pendapatan tinggi) tampak menarik, namun risiko meletus (kebangkrutan karena utang besar) sangat tinggi, sehingga mengurangi nilai keseluruhannya. Sebaliknya, perusahaan dengan pendapatan rendah dan utang rendah diilustrasikan sebagai balon kecil yang stabil. Balon ini (pendapatan rendah) mungkin kurang menarik secara visual, tetapi stabilitasnya (utang rendah) menjamin nilai yang lebih pasti dan terukur.

Metode Valuasi Perusahaan dengan Pendekatan Discounted Cash Flow (DCF): Cara Menghitung Valuasi Perusahaan

Discounted Cash Flow (DCF) merupakan metode valuasi yang menghitung nilai intrinsik suatu perusahaan berdasarkan perkiraan arus kas bebas (Free Cash Flow) di masa mendatang yang didiskontokan ke nilai sekarang. Metode ini menganggap nilai perusahaan setara dengan nilai sekarang dari semua arus kas bebas yang diharapkan diterima di masa depan. Keunggulan DCF terletak pada kemampuannya untuk mempertimbangkan faktor waktu dan risiko, namun membutuhkan perkiraan yang akurat tentang arus kas dan tingkat diskonto.

Langkah-Langkah Perhitungan Valuasi dengan Metode DCF

Perhitungan valuasi dengan metode DCF melibatkan beberapa langkah kunci yang saling berkaitan. Kesalahan pada satu langkah dapat berdampak signifikan pada hasil akhir. Oleh karena itu, ketelitian dan pemahaman yang mendalam terhadap setiap langkah sangat penting.

  1. Proyeksi Arus Kas Bebas (Free Cash Flow – FCF): Memprediksi FCF perusahaan untuk beberapa tahun ke depan. Proyeksi ini biasanya didasarkan pada analisis tren historis, proyeksi pertumbuhan pendapatan, dan asumsi-asumsi lainnya.
  2. Menentukan Terminal Value: Menghitung nilai perusahaan di masa depan setelah periode proyeksi FCF. Metode yang umum digunakan adalah metode pertumbuhan stabil atau metode liquidation value.
  3. Menentukan Weighted Average Cost of Capital (WACC): WACC merepresentasikan biaya rata-rata tertimbang dari modal yang digunakan perusahaan, yang terdiri dari ekuitas dan hutang. WACC digunakan sebagai tingkat diskonto untuk menghitung nilai sekarang dari FCF.
  4. Mendiskontokan Arus Kas Bebas: Mendiskontokan FCF yang diproyeksikan dan terminal value ke nilai sekarang menggunakan WACC.
  5. Menjumlahkan Nilai Sekarang: Menjumlahkan nilai sekarang dari FCF dan terminal value untuk mendapatkan nilai perusahaan.

Menentukan Free Cash Flow (FCF) Perusahaan

Free Cash Flow (FCF) mewakili arus kas yang tersedia bagi semua pemegang saham dan kreditor setelah memenuhi semua kewajiban operasional dan investasi. Perhitungan FCF dapat bervariasi tergantung pada detail laporan keuangan perusahaan, namun umumnya mencakup elemen-elemen berikut:

  • Pendapatan Operasional
  • Pengeluaran Operasional
  • Pajak Penghasilan
  • Investasi Modal (Capex)
  • Perubahan Modal Kerja

Rumus umum perhitungan FCF adalah: FCF = EBIT (1-Tax Rate) + Depresiasi & Amortisasi – Capex – Perubahan Modal Kerja.

Memilih Weighted Average Cost of Capital (WACC) yang Tepat

WACC merupakan tingkat diskonto yang digunakan untuk menghitung nilai sekarang dari arus kas bebas. Pemilihan WACC yang tepat sangat krusial karena akan mempengaruhi hasil valuasi. WACC dihitung dengan mempertimbangkan proporsi hutang dan ekuitas dalam struktur modal perusahaan, serta biaya masing-masing sumber pendanaan. Biaya ekuitas dapat diestimasi menggunakan model Capital Asset Pricing Model (CAPM), sedangkan biaya hutang dapat diperoleh dari tingkat bunga obligasi perusahaan.

Rumus umum perhitungan WACC adalah: WACC = (E/V) * Re + (D/V) * Rd * (1 – Tc), dimana:

E = Nilai pasar ekuitas, D = Nilai pasar hutang, V = E + D, Re = Biaya ekuitas, Rd = Biaya hutang, Tc = Tarif pajak perusahaan.

Contoh Perhitungan DCF untuk Perusahaan Fiktif

Misalkan PT Maju Jaya memproyeksikan FCF sebagai berikut (dalam jutaan rupiah): Tahun 1: 100, Tahun 2: 120, Tahun 3: 150. Terminal Value diasumsikan sebesar 2000 juta rupiah pada akhir tahun ke-3. WACC PT Maju Jaya diasumsikan sebesar 10%.

Perhitungan nilai perusahaan adalah sebagai berikut:

Tahun FCF (juta rupiah) Faktor Diskonto (10%) Nilai Sekarang (juta rupiah)
1 100 0.909 90.9
2 120 0.826 99.12
3 150 + 2000 = 2150 0.751 1614.75

Nilai Perusahaan = 90.9 + 99.12 + 1614.75 = 1804.77 juta rupiah

Metode Valuasi Pendekatan Pasar

Pendekatan pasar (Market Approach) dalam valuasi perusahaan merupakan metode yang memanfaatkan data pasar untuk menentukan nilai perusahaan. Metode ini mengasumsikan bahwa perusahaan yang sejenis dan memiliki karakteristik serupa akan memiliki valuasi yang relatif sama. Keunggulannya terletak pada kesederhanaan dan ketersediaan data, khususnya untuk perusahaan yang sudah terdaftar di bursa efek. Namun, perlu kehati-hatian dalam memilih perusahaan pembanding yang benar-benar relevan.

Cara Menghitung Valuasi Perusahaan
Cara Menghitung Valuasi Perusahaan

Metode Valuasi dalam Pendekatan Pasar

Beberapa metode valuasi yang termasuk dalam pendekatan pasar antara lain:

  • Perbandingan Rasio Kelipatan (Multiple Ratio Comparison): Metode ini membandingkan rasio valuasi perusahaan target dengan rasio valuasi perusahaan sejenis yang sudah terdaftar di bursa saham.
  • Analisis Preseden Transaksi (Precedent Transaction Analysis): Metode ini menganalisis harga transaksi perusahaan sejenis yang telah diakuisisi atau dilepas di masa lalu.
  • Studi Kasus (Case Study): Metode ini mempelajari secara mendalam valuasi perusahaan sejenis yang memiliki karakteristik serupa.

Namun, dalam konteks artikel ini, kita akan fokus pada perbandingan rasio kelipatan karena ketersediaannya dan kemudahan penerapannya.

Penggunaan Rasio Valuasi, Cara menghitung valuasi perusahaan

Rasio valuasi yang umum digunakan dalam pendekatan pasar meliputi Price-to-Earnings (P/E), Price-to-Sales (P/S), dan Price-to-Book (P/B). Ketiga rasio ini membandingkan harga pasar suatu perusahaan dengan metrik keuangannya.

  • Price-to-Earnings (P/E): Rasio ini membandingkan harga saham per lembar dengan laba per lembar (Earnings Per Share/EPS). Rasio P/E yang tinggi menunjukkan bahwa investor bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk setiap rupiah laba yang dihasilkan perusahaan.
  • Price-to-Sales (P/S): Rasio ini membandingkan kapitalisasi pasar perusahaan dengan pendapatan (sales) perusahaan. Rasio P/S sering digunakan untuk perusahaan yang belum menghasilkan laba atau memiliki laba yang fluktuatif.
  • Price-to-Book (P/B): Rasio ini membandingkan kapitalisasi pasar perusahaan dengan nilai buku aset bersih perusahaan. Rasio P/B yang tinggi mengindikasikan bahwa pasar menilai aset perusahaan lebih tinggi daripada nilai bukunya, yang mungkin mencerminkan potensi pertumbuhan atau nilai intangible yang tinggi.

Contoh Penerapan pada Perusahaan Terdaftar di Bursa Saham

Misalnya, kita ingin menghitung valuasi Perusahaan A (perusahaan target) yang bergerak di sektor teknologi. Kita akan membandingkannya dengan tiga perusahaan sejenis yang terdaftar di bursa saham, yaitu Perusahaan B, C, dan D. Asumsikan data berikut:

Perusahaan Harga Saham Laba per Saham (EPS) Pendapatan (Sales) Nilai Buku Aset Bersih
Perusahaan A (Target) Rp 500 Rp 10.000.000.000 Rp 5.000.000.000
Perusahaan B Rp 10.000 Rp 1.000 Rp 20.000.000.000 Rp 10.000.000.000
Perusahaan C Rp 15.000 Rp 1.500 Rp 30.000.000.000 Rp 15.000.000.000
Perusahaan D Rp 20.000 Rp 2.000 Rp 40.000.000.000 Rp 20.000.000.000

Berdasarkan data tersebut, kita dapat menghitung rasio P/E, P/S, dan P/B untuk perusahaan B, C, dan D. Kemudian, kita dapat menggunakan rata-rata rasio tersebut untuk memperkirakan valuasi Perusahaan A.

Perhitungan Valuasi dan Perbandingan Hasil

Berikut perhitungan contohnya (asumsi jumlah saham beredar Perusahaan A adalah 1.000.000 lembar):

  • Perusahaan B: P/E = 10.000/1.000 = 10; P/S = (10.000 * Jumlah Saham)/20.000.000.000; P/B = (10.000 * Jumlah Saham)/10.000.000.000
  • Perusahaan C: P/E = 15.000/1.500 = 10; P/S = (15.000 * Jumlah Saham)/30.000.000.000; P/B = (15.000 * Jumlah Saham)/15.000.000.000
  • Perusahaan D: P/E = 20.000/2.000 = 10; P/S = (20.000 * Jumlah Saham)/40.000.000.000; P/B = (20.000 * Jumlah Saham)/20.000.000.000

Setelah menghitung rasio untuk ketiga perusahaan pembanding, kita dapat mengambil rata-rata dari masing-masing rasio. Kemudian, rata-rata rasio tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan valuasi Perusahaan A dengan menggunakan laba, pendapatan, atau nilai buku Perusahaan A sebagai dasar perhitungan.

Sebagai contoh, jika rata-rata P/E adalah 10, maka valuasi Perusahaan A berdasarkan P/E adalah 10 x Rp 500 = Rp 5.000 per saham, atau Rp 5.000.000.000 total. Perhitungan serupa dapat dilakukan menggunakan rasio P/S dan P/B. Perbedaan hasil dari ketiga metode ini perlu dianalisis untuk mendapatkan estimasi valuasi yang lebih akurat.

Penting untuk memilih perusahaan pembanding yang relevan dan memiliki karakteristik bisnis yang serupa dengan perusahaan target. Perusahaan yang dipilih harus beroperasi di industri yang sama, memiliki skala bisnis yang sebanding, dan memiliki struktur keuangan yang serupa. Kesalahan dalam memilih perusahaan pembanding dapat menyebabkan kesalahan dalam estimasi valuasi.

Metode Valuasi Perusahaan: Pendekatan Aset

Salah satu metode yang umum digunakan dalam valuasi perusahaan adalah pendekatan aset (asset approach). Metode ini berfokus pada nilai aset bersih perusahaan sebagai dasar penentuan nilai perusahaan. Pendekatan ini sangat relevan untuk perusahaan yang memiliki aset fisik yang signifikan, seperti properti, pabrik, dan peralatan, dimana nilai aset tersebut secara langsung berkontribusi pada nilai perusahaan secara keseluruhan.

Baca Juga:  Cara Menghitung Profit And Loss Perusahaan

Langkah-Langkah Valuasi Menggunakan Pendekatan Aset

Proses valuasi dengan pendekatan aset melibatkan beberapa langkah kunci. Langkah-langkah ini memastikan perhitungan nilai aset bersih perusahaan dilakukan secara sistematis dan akurat.

  1. Identifikasi dan klasifikasi seluruh aset perusahaan. Ini termasuk aset lancar (seperti kas, piutang), aset tidak lancar (seperti tanah, bangunan, mesin), dan aset tidak berwujud (seperti hak paten, merek dagang).
  2. Tentukan nilai pasar dari masing-masing aset. Nilai pasar ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti penilaian profesional, harga pasar untuk aset yang diperdagangkan secara terbuka, atau data transaksi historis yang relevan.
  3. Hitung total nilai aset perusahaan dengan menjumlahkan nilai pasar semua aset.
  4. Kurangi total kewajiban perusahaan dari total nilai aset. Kewajiban meliputi hutang jangka pendek dan jangka panjang, serta kewajiban lainnya.
  5. Hasil pengurangan tersebut merupakan Nilai Aset Bersih (Net Asset Value/NAV) perusahaan.

Perhitungan Nilai Aset Bersih (NAV)

Berikut contoh perhitungan NAV untuk sebuah perusahaan manufaktur:

Aset Nilai Pasar
Kas Rp 100.000.000
Piutang Rp 50.000.000
Tanah dan Bangunan Rp 500.000.000
Mesin dan Peralatan Rp 300.000.000
Total Aset Rp 950.000.000

Misalkan perusahaan tersebut memiliki kewajiban sebesar Rp 200.000.000. Maka, NAV perusahaan adalah:

NAV = Total Aset – Total Kewajiban = Rp 950.000.000 – Rp 200.000.000 = Rp 750.000.000

Perbedaan Nilai Buku dan Nilai Pasar Aset

Penting untuk membedakan antara nilai buku dan nilai pasar aset. Nilai buku adalah nilai aset yang tercatat dalam neraca perusahaan, seringkali berdasarkan harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Sementara itu, nilai pasar mencerminkan nilai aset jika dijual di pasar saat ini. Perbedaan ini dapat signifikan, terutama untuk aset yang mengalami depresiasi atau apresiasi nilai yang cukup besar.

Pendekatan Aset untuk Perusahaan dengan Aset Fisik Signifikan

Pendekatan aset sangat berguna untuk perusahaan yang memiliki aset fisik yang substansial, seperti perusahaan properti, manufaktur, atau pertambangan. Nilai aset fisik ini secara langsung berkontribusi pada nilai perusahaan. Dalam kasus ini, penilaian aset secara akurat menjadi sangat penting untuk mendapatkan valuasi perusahaan yang tepat. Namun, pendekatan aset mungkin kurang relevan untuk perusahaan yang aset utamanya adalah aset tidak berwujud, seperti perusahaan teknologi atau perusahaan berbasis layanan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Valuasi

Menghitung valuasi perusahaan bukanlah sekadar memasukkan angka ke dalam rumus. Proses ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat kualitatif (tidak terukur secara langsung) maupun kuantitatif (terukur secara langsung). Memahami faktor-faktor ini krusial untuk mendapatkan gambaran valuasi yang akurat dan realistis.

Pengaruh Faktor Kualitatif terhadap Valuasi Perusahaan

Faktor kualitatif, meskipun sulit diukur secara numerik, memiliki dampak signifikan terhadap persepsi nilai sebuah perusahaan. Hal ini meliputi reputasi perusahaan, kualitas manajemen, inovasi produk, dan kekuatan merek. Sebuah perusahaan dengan reputasi yang baik dan manajemen yang handal cenderung memiliki valuasi yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan sejenis dengan reputasi dan manajemen yang kurang baik, meskipun kinerja keuangannya serupa.

Pengaruh Faktor Makroekonomi terhadap Valuasi

Kondisi ekonomi makro juga berperan penting. Faktor-faktor seperti suku bunga, inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan kebijakan pemerintah dapat memengaruhi valuasi perusahaan. Misalnya, suku bunga yang tinggi dapat meningkatkan biaya pendanaan perusahaan, sehingga menurunkan valuasinya. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang kuat biasanya diiringi dengan peningkatan permintaan dan profitabilitas perusahaan, yang mendorong kenaikan valuasi.

Tabel Faktor-faktor yang Mempengaruhi Valuasi

Berikut tabel yang merangkum faktor-faktor kualitatif dan kuantitatif yang mempengaruhi valuasi perusahaan beserta dampaknya:

Faktor Jenis Faktor Dampak Positif Dampak Negatif
Kualitas Manajemen Kualitatif Meningkatkan kepercayaan investor, efisiensi operasional, dan pertumbuhan perusahaan. Kepemimpinan yang buruk dapat menyebabkan penurunan kinerja dan kepercayaan investor.
Kekuatan Merek Kualitatif Memungkinkan penetapan harga yang lebih tinggi dan loyalitas pelanggan yang kuat. Merek yang lemah dapat menyebabkan persaingan harga yang ketat dan penurunan pangsa pasar.
Pertumbuhan Pendapatan Kuantitatif Menunjukkan potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan. Penurunan pendapatan dapat mengindikasikan masalah operasional atau penurunan permintaan.
Rasio Hutang terhadap Ekuitas Kuantitatif Rasio yang rendah menunjukkan stabilitas keuangan yang baik. Rasio yang tinggi dapat meningkatkan risiko keuangan perusahaan.
Suku Bunga Makroekonomi Suku bunga rendah dapat mengurangi biaya pendanaan. Suku bunga tinggi dapat meningkatkan biaya pendanaan dan mengurangi profitabilitas.
Inflasi Makroekonomi Inflasi yang terkendali dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Inflasi yang tinggi dapat mengurangi daya beli konsumen dan meningkatkan ketidakpastian ekonomi.

Skenario Pengaruh Faktor-faktor terhadap Valuasi

Bayangkan sebuah perusahaan teknologi yang sedang berkembang pesat (pertumbuhan pendapatan tinggi, inovasi produk kuat). Dalam kondisi pasar yang bullish (optimis), dengan suku bunga rendah dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, valuasi perusahaan ini akan sangat tinggi karena investor bersedia membayar premi untuk potensi pertumbuhannya. Sebaliknya, jika terjadi resesi ekonomi (pertumbuhan ekonomi negatif, suku bunga tinggi), valuasi perusahaan tersebut bisa turun drastis, meskipun fundamental perusahaan tetap kuat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya mempertimbangkan konteks pasar saat melakukan valuasi.

Daftar Faktor yang Harus Dipertimbangkan dalam Valuasi Perusahaan

  • Kinerja keuangan historis (pendapatan, laba, arus kas)
  • Prospek pertumbuhan masa depan
  • Kualitas manajemen dan tim kepemimpinan
  • Kekuatan merek dan reputasi perusahaan
  • Struktur modal dan rasio keuangan
  • Kondisi pasar dan faktor makroekonomi
  • Risiko operasional dan kompetitif
  • Regulasi dan kebijakan pemerintah yang berlaku

Terakhir

Menentukan valuasi perusahaan adalah proses yang kompleks dan membutuhkan pertimbangan yang matang. Tidak ada satu metode pun yang sempurna, dan pemilihan metode yang tepat bergantung pada karakteristik spesifik perusahaan yang dievaluasi. Dengan memahami berbagai pendekatan dan faktor-faktor yang berpengaruh, serta mengkombinasikan hasil dari berbagai metode, kita dapat memperoleh gambaran yang lebih komprehensif dan akurat mengenai nilai sebenarnya dari sebuah perusahaan.

Bagikan: