11 Contoh Bisnis Model Canvas Makanan (BMC) Lengkap

Diposting pada

Jika kalian ingin memulai bisnis makanan yang sukses, maka perlu membuat bisnis model canvas makanan. Bisnis model canvas makanan adalah alat yang membantu kalian merencanakan dan menguji bisnis makanan secara sistematis

Untuk membuat bisnis model canvas makanan, kalian perlu menentukan sembilan elemen utama, yaitu customer segments, value propositions, channels, customer relationships, revenue streams, key resources, key activities, key partnerships, dan cost structure.

Kalian bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan elemen-elemen tersebut untuk memudahkan dalam membuat bisnis model canvas makanan.

Untuk memberikan gambaran yang lebih konkret, kami akan memberikan contoh bisnis model canvas untuk berbagai jenis makanan.

Contoh Bisnis Model Canvas Makanan

Untuk memberikan kalian inspirasi dan gambaran, berikut adalah contoh bisnis model canvas makanan yang sukses dan menguntungkan, beserta penjelasan dari masing-masing elemennya.

1. Contoh Bisnis Model Canvas Makanan Nasi Goreng Spesial

bisnis model canvas makanan

Nasi goreng spesial adalah salah satu menu makanan yang populer dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Berikut adalah contoh bisnis model canvas makanan untuk bisnis nasi goreng spesial:

  • Customer Segments: segmen pasar yang menjadi target pelanggan adalah masyarakat umum yang suka makan nasi goreng, terutama di kalangan menengah ke bawah, dengan rentang usia 15-45 tahun, dan berdomisili di daerah perkotaan.
  • Value Propositions: nilai yang ditawarkan oleh bisnis ini adalah nasi goreng yang memiliki rasa yang lezat, gurih, dan pedas, dengan porsi yang besar dan harga yang terjangkau. Bisnis ini juga menawarkan variasi topping, seperti telur, ayam, sosis, bakso, atau seafood, serta sambal dan kerupuk sebagai pelengkap. Bisnis ini juga menjamin kebersihan dan kesehatan bahan-bahan yang digunakan, serta pelayanan yang ramah dan cepat.
  • Channels: saluran yang digunakan untuk menjangkau, menyampaikan, dan menjual produk ini adalah melalui gerai atau warung yang berlokasi di pinggir jalan, dekat dengan perkantoran, kampus, sekolah, atau tempat-tempat ramai lainnya. Bisnis ini juga menerima pesanan melalui telepon, aplikasi online, atau media sosial, dan menyediakan layanan antar atau delivery.
  • Customer Relationships: jenis hubungan yang dibangun dengan pelanggan adalah melalui interaksi langsung, baik saat memesan, membayar, atau menerima produk. Bisnis ini juga memberikan kartu loyalitas atau diskon kepada pelanggan setia, serta mengadakan promosi atau event tertentu untuk menarik pelanggan baru. Bisnis ini juga menerima masukan atau saran dari pelanggan melalui kotak saran, buku tamu, atau media sosial.
  • Revenue Streams: sumber pendapatan yang dihasilkan dari bisnis ini adalah dari penjualan nasi goreng spesial, baik di gerai, antar, atau online. Harga yang ditetapkan untuk satu porsi nasi goreng spesial adalah Rp 15.000, dengan biaya produksi sekitar Rp 7.000 per porsi. Dengan asumsi bisnis ini mampu menjual 100 porsi per hari, maka pendapatan kotor yang dihasilkan adalah Rp 1.500.000 per hari, atau Rp 45.000.000 per bulan.
  • Key Resources: sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Aset: gerai atau warung, kompor, wajan, spatula, pisau, talenan, piring, sendok, garpu, gelas, meja, kursi, kulkas, dispenser, etalase, timbangan, kasir, dan perlengkapan lainnya.
    • Modal: modal awal yang dibutuhkan untuk membeli aset, bahan baku, dan biaya operasional lainnya adalah sekitar Rp 20.000.000.
    • Tenaga kerja: tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar 3-4 orang, yaitu satu orang sebagai pemilik sekaligus juru masak, satu orang sebagai pelayan, dan satu atau dua orang sebagai kurir.
    • Keterampilan: keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah keterampilan memasak, mengelola keuangan, berkomunikasi, dan melayani pelanggan.
  • Key Activities: aktivitas utama yang dilakukan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Membeli bahan baku, seperti beras, minyak, bumbu, telur, ayam, sosis, bakso, seafood, sayur, sambal, kerupuk, dan lain-lain, dari pasar atau pemasok terpercaya.
    • Menyiapkan bahan baku, seperti mencuci, mengupas, memotong, menggoreng, atau merebus, sesuai dengan kebutuhan.
    • Memasak nasi goreng spesial sesuai dengan pesanan pelanggan, dengan menggunakan bumbu dan topping yang sesuai.
    • Menyajikan nasi goreng spesial kepada pelanggan, baik di gerai, antar, atau online, dengan menggunakan piring, sendok, garpu, gelas, dan lain-lain yang bersih dan rapi.
    • Menerima pembayaran dari pelanggan, baik tunai, transfer, atau online, dengan menggunakan kasir, struk, atau aplikasi online.
    • Membersihkan gerai, peralatan, dan perlengkapan yang digunakan, serta membuang sampah yang dihasilkan.
    • Mempromosikan bisnis, baik melalui mulut ke mulut maupun promosi.
    • Menganalisis dan mengevaluasi bisnis, baik dari segi keuangan, operasional, pemasaran, atau kualitas produk dan layanan, serta melakukan perbaikan atau pengembangan yang diperlukan.
  • Cost Structure: biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Biaya produksi: biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku, minyak, gas, air, listrik, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 7.000 per porsi, atau Rp 700.000 per hari, atau Rp 21.000.000 per bulan.
    • Biaya operasional: biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji tenaga kerja, sewa gerai, transportasi, perawatan peralatan, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 10.000.000 per bulan.
    • Biaya pemasaran: biaya yang dikeluarkan untuk membuat dan menyebarkan materi promosi, seperti spanduk, flyer, brosur, atau iklan online, yang diperkirakan sekitar Rp 1.000.000 per bulan.
    • Biaya administrasi: biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak, asuransi, atau biaya lain yang berkaitan dengan legalitas bisnis, yang diperkirakan sekitar Rp 1.000.000 per bulan.

Dengan demikian, biaya total yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar Rp 33.000.000 per bulan. Dengan mengurangi biaya total dari pendapatan kotor, maka laba bersih yang dihasilkan adalah sekitar Rp 12.000.000 per bulan.

2. Bisnis Model Canvas Es Krim

contoh bmc

Es krim adalah salah satu menu makanan yang disukai oleh banyak orang, terutama di musim panas. Berikut adalah contoh bisnis model canvas makanan untuk bisnis es krim:

  • Customer Segments: segmen pasar yang menjadi target pelanggan adalah masyarakat umum yang suka makan es krim, terutama di kalangan anak-anak, remaja, dan keluarga, dengan rentang usia 5-35 tahun, dan berdomisili di daerah tropis atau subtropis.
  • Value Propositions: nilai yang ditawarkan oleh bisnis ini adalah es krim yang memiliki rasa yang lezat, manis, dan segar, dengan tekstur yang lembut dan krimi. Bisnis ini juga menawarkan berbagai macam varian rasa, seperti cokelat, vanila, stroberi, durian, kopi, atau campuran, serta topping, seperti kacang, cokelat, sirup, atau buah-buahan. Bisnis ini juga menjamin kualitas dan kesegaran bahan-bahan yang digunakan, serta pelayanan yang ramah dan cepat.
  • Channels: saluran yang digunakan untuk menjangkau, menyampaikan, dan menjual produk ini adalah melalui gerai atau toko yang berlokasi di pusat perbelanjaan, taman, pantai, atau tempat-tempat ramai lainnya. Bisnis ini juga menerima pesanan melalui telepon, aplikasi online, atau media sosial, dan menyediakan layanan antar atau delivery.
  • Customer Relationships: jenis hubungan yang dibangun dengan pelanggan adalah melalui interaksi langsung, baik saat memesan, membayar, atau menerima produk. Bisnis ini juga memberikan kartu loyalitas atau diskon kepada pelanggan setia, serta mengadakan promosi atau event tertentu untuk menarik pelanggan baru. Bisnis ini juga menerima masukan atau saran dari pelanggan melalui kotak saran, buku tamu, atau media sosial.
  • Revenue Streams: sumber pendapatan yang dihasilkan dari bisnis ini adalah dari penjualan es krim, baik di gerai, antar, atau online. Harga yang ditetapkan untuk satu cup es krim adalah Rp 10.000, dengan biaya produksi sekitar Rp 5.000 per cup. Dengan asumsi bisnis ini mampu menjual 200 cup per hari, maka pendapatan kotor yang dihasilkan adalah Rp 2.000.000 per hari, atau Rp 60.000.000 per bulan.
  • Key Resources: sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Aset: gerai atau toko, freezer, blender, mixer, cetakan es krim, sendok, cup, tutup cup, meja, kursi, kulkas, dispenser, etalase, timbangan, kasir, dan perlengkapan lainnya.
    • Modal: modal awal yang dibutuhkan untuk membeli aset, bahan baku, dan biaya operasional lainnya adalah sekitar Rp 30.000.000.
    • Tenaga kerja: tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar 3-4 orang, yaitu satu orang sebagai pemilik sekaligus juru masak, satu orang sebagai pelayan, dan satu atau dua orang sebagai kurir.
    • Keterampilan: keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah keterampilan memasak, mengelola keuangan, berkomunikasi, dan melayani pelanggan.
  • Key Activities: aktivitas utama yang dilakukan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Membeli bahan baku, seperti susu, gula, tepung, telur, mentega, es batu, dan bahan rasa dan topping, dari pasar atau pemasok terpercaya.
    • Menyiapkan bahan baku, seperti mencampur, mengaduk, memanaskan, atau membekukan, sesuai dengan kebutuhan.
    • Membuat es krim sesuai dengan varian rasa yang diinginkan, dengan menggunakan blender, mixer, atau cetakan es krim.
    • Menyajikan es krim kepada pelanggan, baik di gerai, antar, atau online, dengan menggunakan cup, sendok, tutup cup, dan lain-lain yang bersih dan rapi.
    • Menerima pembayaran dari pelanggan, baik tunai, transfer, atau online, dengan menggunakan kasir, struk, atau aplikasi online.
    • Membersihkan gerai, peralatan, dan perlengkapan yang digunakan, serta membuang sampah yang dihasilkan.
    • Mempromosikan bisnis, baik melalui mulut ke mulut, media sosial, atau iklan online, dengan menggunakan materi promosi yang menarik dan informatif.
    • Menganalisis dan mengevaluasi bisnis, baik dari segi keuangan, operasional, pemasaran, atau kualitas produk dan layanan, serta melakukan perbaikan atau pengembangan yang diperlukan.
  • Cost Structure: biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Biaya produksi: biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku, listrik, air, es batu, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 5.000 per cup, atau Rp 1.000.000 per hari, atau Rp 30.000.000 per bulan.
    • Biaya operasional: biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji tenaga kerja, sewa gerai, transportasi, perawatan peralatan, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 15.000.000 per bulan.
    • Biaya pemasaran: biaya yang dikeluarkan untuk membuat dan menyebarkan materi promosi, seperti spanduk, flyer, brosur, atau iklan online, yang diperkirakan sekitar Rp 2.000.000 per bulan.
    • Biaya administrasi: biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak, asuransi, atau biaya lain yang berkaitan dengan legalitas bisnis, yang diperkirakan sekitar Rp 1.000.000 per bulan.

Dengan demikian, biaya total yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar Rp 48.000.000 per bulan. Dengan mengurangi biaya total dari pendapatan kotor, maka laba bersih yang dihasilkan adalah sekitar Rp 12.000.000 per bulan.

3. Bisnis Model Canvas Bakso

Bisnis Model Canvas Bakso

Bakso adalah salah satu menu makanan yang populer dan banyak digemari oleh masyarakat Indonesia. Berikut adalah contoh bisnis model canvas makanan untuk bisnis bakso:

  • Customer Relationships: jenis hubungan yang dibangun dengan pelanggan adalah melalui interaksi langsung, baik saat memesan, membayar, atau menerima produk. Bisnis ini juga memberikan kartu loyalitas atau diskon kepada pelanggan setia, serta mengadakan promosi atau event tertentu untuk menarik pelanggan baru. Bisnis ini juga menerima masukan atau saran dari pelanggan melalui kotak saran, buku tamu, atau media sosial.
  • Revenue Streams: sumber pendapatan yang dihasilkan dari bisnis ini adalah dari penjualan bakso, baik di gerai, antar, atau online. Harga yang ditetapkan untuk satu porsi bakso adalah Rp 15.000, dengan biaya produksi sekitar Rp 8.000 per porsi. Dengan asumsi bisnis ini mampu menjual 100 porsi per hari, maka pendapatan kotor yang dihasilkan adalah Rp 1.500.000 per hari, atau Rp 45.000.000 per bulan.
  • Key Resources: sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Aset: gerai atau warung, kompor, panci, saringan, sendok, garpu, mangkuk, gelas, meja, kursi, kulkas, dispenser, etalase, timbangan, kasir, dan perlengkapan lainnya.
    • Modal: modal awal yang dibutuhkan untuk membeli aset, bahan baku, dan biaya operasional lainnya adalah sekitar Rp 25.000.000.
    • Tenaga kerja: tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar 3-4 orang, yaitu satu orang sebagai pemilik sekaligus juru masak, satu orang sebagai pelayan, dan satu atau dua orang sebagai kurir.
    • Keterampilan: keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah keterampilan memasak, mengelola keuangan, berkomunikasi, dan melayani pelanggan.
  • Key Activities: aktivitas utama yang dilakukan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Membeli bahan baku, seperti daging sapi, tepung, bawang, bumbu, sayur, mie, bihun, kuah, dan lain-lain, dari pasar atau pemasok terpercaya.
    • Menyiapkan bahan baku, seperti mencuci, mengupas, memotong, menggiling, atau merebus, sesuai dengan kebutuhan.
    • Membuat bakso sesuai dengan ukuran dan kualitas yang diinginkan, dengan menggunakan saringan, panci, atau alat lainnya.
    • Menyajikan bakso kepada pelanggan, baik di gerai, antar, atau online, dengan menggunakan mangkuk, sendok, garpu, gelas, dan lain-lain yang bersih dan rapi.
    • Menerima pembayaran dari pelanggan, baik tunai, transfer, atau online, dengan menggunakan kasir, struk, atau aplikasi online.
    • Membersihkan gerai, peralatan, dan perlengkapan yang digunakan, serta membuang sampah yang dihasilkan.
    • Mempromosikan bisnis, baik melalui mulut ke mulut, media sosial, atau iklan online, dengan menggunakan materi promosi yang menarik dan informatif.
    • Menganalisis dan mengevaluasi bisnis, baik dari segi keuangan, operasional, pemasaran, atau kualitas produk dan layanan, serta melakukan perbaikan atau pengembangan yang diperlukan.
  • Cost Structure: biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Biaya produksi: biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku, minyak, gas, air, listrik, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 8.000 per porsi, atau Rp 800.000 per hari, atau Rp 24.000.000 per bulan.
    • Biaya operasional: biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji tenaga kerja, sewa gerai, transportasi, perawatan peralatan, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 10.000.000 per bulan.
    • Biaya pemasaran: biaya yang dikeluarkan untuk membuat dan menyebarkan materi promosi, seperti spanduk, flyer, brosur, atau iklan online, yang diperkirakan sekitar Rp 1.000.000 per bulan.
    • Biaya administrasi: biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak, asuransi, atau biaya lain yang berkaitan dengan legalitas bisnis, yang diperkirakan sekitar Rp 1.000.000 per bulan.

Dengan demikian, biaya total yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar Rp 36.000.000 per bulan. Dengan mengurangi biaya total dari pendapatan kotor, maka laba bersih yang dihasilkan adalah sekitar Rp 9.000.000 per bulan.

4. Bisnis Model Canvas Pizza

Bisnis Model Canvas Pizza

Pizza adalah salah satu menu makanan yang berasal dari Italia, namun sudah populer di seluruh dunia. Berikut adalah contoh bisnis model canvas makanan untuk bisnis pizza:

  • Customer Segments: segmen pasar yang menjadi target pelanggan adalah masyarakat umum yang suka makan pizza, terutama di kalangan menengah ke atas, dengan rentang usia 15-45 tahun, dan berdomisili di daerah perkotaan.
  • Value Propositions: nilai yang ditawarkan oleh bisnis ini adalah pizza yang memiliki rasa yang lezat, gurih, dan kaya, dengan adonan yang renyah dan topping yang berlimpah. Bisnis ini juga menawarkan berbagai macam varian rasa, seperti cheese, pepperoni, meat lovers, vegetarian, atau custom, serta saus, keju, atau salad sebagai pelengkap. Bisnis ini juga menjamin kualitas dan kesegaran bahan-bahan yang digunakan, serta pelayanan yang ramah dan cepat.
  • Channels: saluran yang digunakan untuk menjangkau, menyampaikan, dan menjual produk ini adalah melalui gerai atau restoran yang berlokasi di pusat perbelanjaan, mall, hotel, atau tempat-tempat ramai lainnya. Bisnis ini juga menerima pesanan melalui telepon, aplikasi online, atau media sosial, dan menyediakan layanan antar atau delivery.
  • Customer Relationships: jenis hubungan yang dibangun dengan pelanggan adalah melalui interaksi langsung, baik saat memesan, membayar, atau menerima produk. Bisnis ini juga memberikan kartu loyalitas atau diskon kepada pelanggan setia, serta mengadakan promosi atau event tertentu untuk menarik pelanggan baru. Bisnis ini juga menerima masukan atau saran dari pelanggan melalui kotak saran, buku tamu, atau media sosial.
  • Revenue Streams: sumber pendapatan yang dihasilkan dari bisnis ini adalah dari penjualan pizza, baik di gerai, antar, atau online. Harga yang ditetapkan untuk satu slice pizza adalah Rp 20.000, dengan biaya produksi sekitar Rp 10.000 per slice. Dengan asumsi bisnis ini mampu menjual 200 slice per hari, maka pendapatan kotor yang dihasilkan adalah Rp 4.000.000 per hari, atau Rp 120.000.000 per bulan.
  • Key Resources: sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Aset: gerai atau restoran, oven, mixer, loyang, pisau, talenan, piring, sendok, garpu, gelas, meja, kursi, kulkas, dispenser, etalase, timbangan, kasir, dan perlengkapan lainnya.
    • Modal: modal awal yang dibutuhkan untuk membeli aset, bahan baku, dan biaya operasional lainnya adalah sekitar Rp 50.000.000.
    • Tenaga kerja: tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar 5-6 orang.
  • Customer Relationships: jenis hubungan yang dibangun dengan pelanggan adalah melalui interaksi langsung, baik saat memesan, membayar, atau menerima produk. Bisnis ini juga memberikan kartu loyalitas atau diskon kepada pelanggan setia, serta mengadakan promosi atau event tertentu untuk menarik pelanggan baru. Bisnis ini juga menerima masukan atau saran dari pelanggan melalui kotak saran, buku tamu, atau media sosial.
  • Revenue Streams: sumber pendapatan yang dihasilkan dari bisnis ini adalah dari penjualan bakso, baik di gerobak, antar, atau online. Harga yang ditetapkan untuk satu porsi bakso adalah Rp 15.000, dengan biaya produksi sekitar Rp 8.000 per porsi. Dengan asumsi bisnis ini mampu menjual 100 porsi per hari, maka pendapatan kotor yang dihasilkan adalah Rp 1.500.000 per hari, atau Rp 45.000.000 per bulan.
  • Key Resources: sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Aset: gerobak, kompor, panci, saringan, sendok, garpu, mangkuk, gelas, meja, kursi, kulkas, dispenser, etalase, timbangan, kasir, dan perlengkapan lainnya.
    • Modal: modal awal yang dibutuhkan untuk membeli aset, bahan baku, dan biaya operasional lainnya adalah sekitar Rp 15.000.000.
    • Tenaga kerja: tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar 2-3 orang, yaitu satu orang sebagai pemilik sekaligus juru masak, dan satu atau dua orang sebagai pelayan atau kurir.
    • Keterampilan: keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah keterampilan memasak, mengelola keuangan, berkomunikasi, dan melayani pelanggan.
  • Key Activities: aktivitas utama yang dilakukan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Membeli bahan baku, seperti daging sapi, tepung, bawang, bumbu, sayur, mie, bihun, kuah, dan lain-lain, dari pasar atau pemasok terpercaya.
    • Menyiapkan bahan baku, seperti mencuci, mengupas, memotong, menggiling, membentuk, atau merebus, sesuai dengan kebutuhan.
    • Memasak bakso sesuai dengan pesanan pelanggan, dengan menggunakan panci, saringan, atau kompor.
    • Menyajikan bakso kepada pelanggan, baik di gerobak, antar, atau online, dengan menggunakan mangkuk, sendok, garpu, gelas, dan lain-lain yang bersih dan rapi.
    • Menerima pembayaran dari pelanggan, baik tunai, transfer, atau online, dengan menggunakan kasir, struk, atau aplikasi online.
    • Membersihkan gerobak, peralatan, dan perlengkapan yang digunakan, serta membuang sampah yang dihasilkan.
    • Mempromosikan bisnis, baik melalui mulut ke mulut, media sosial, atau iklan online, dengan menggunakan materi promosi yang menarik dan informatif.
    • Menganalisis dan mengevaluasi bisnis, baik dari segi keuangan, operasional, pemasaran, atau kualitas produk dan layanan, serta melakukan perbaikan atau pengembangan yang diperlukan.
  • Cost Structure: biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Biaya produksi: biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku, gas, air, listrik, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 8.000 per porsi, atau Rp 800.000 per hari, atau Rp 24.000.000 per bulan.
    • Biaya operasional: biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji tenaga kerja, sewa gerobak, transportasi, perawatan peralatan, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 10.000.000 per bulan.
    • Biaya pemasaran: biaya yang dikeluarkan untuk membuat dan menyebarkan materi promosi, seperti spanduk, flyer, brosur, atau iklan online, yang diperkirakan sekitar Rp 1.000.000 per bulan.
    • Biaya administrasi: biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak, asuransi, atau biaya lain yang berkaitan dengan legalitas bisnis, yang diperkirakan sekitar Rp 1.000.000 per bulan.

Dengan demikian, biaya total yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar Rp 36.000.000 per bulan. Dengan mengurangi biaya total dari pendapatan kotor, maka laba bersih yang dihasilkan adalah sekitar Rp 9.000.000 per bulan.

5. BMC Sushi

contoh bisnis model canvas

Sushi adalah salah satu menu makanan yang berasal dari Jepang, namun sudah populer di seluruh dunia. Berikut adalah contoh bisnis model canvas makanan untuk bisnis sushi:

  • Customer Segments: segmen pasar yang menjadi target pelanggan adalah masyarakat umum yang suka makan sushi, terutama di kalangan menengah ke atas, dengan rentang usia 15-55 tahun, dan berdomisili di daerah perkotaan.
  • Value Propositions: nilai yang ditawarkan oleh bisnis ini adalah sushi yang memiliki rasa yang lezat, segar, dan sehat, dengan bahan-bahan yang berkualitas dan higienis. Bisnis ini juga menawarkan berbagai macam varian sushi, seperti nigiri, maki, sashimi, temaki, atau uramaki, serta saus, wasabi, jahe, atau kecap sebagai pelengkap. Bisnis ini juga menjamin kreativitas dan inovasi dalam menyajikan sushi, dengan menggunakan bentuk, warna, atau tema yang menarik dan unik.
  • Channels: saluran yang digunakan untuk menjangkau, menyampaikan, dan menjual produk ini adalah melalui gerai atau restoran yang berlokasi di pusat perbelanjaan, mall, hotel, atau tempat-tempat ramai lainnya. Bisnis ini juga menerima pesanan melalui telepon, aplikasi online, atau media sosial, dan menyediakan layanan antar atau delivery.
  • Customer Relationships: jenis hubungan yang dibangun dengan pelanggan adalah melalui interaksi langsung, baik saat memesan, membayar, atau menerima produk. Bisnis ini juga memberikan kartu loyalitas atau diskon kepada pelanggan setia, serta mengadakan promosi atau event tertentu untuk menarik pelanggan baru. Bisnis ini juga menerima masukan atau saran dari pelanggan melalui kotak saran, buku tamu, atau media sosial.
  • Revenue Streams: sumber pendapatan yang dihasilkan dari bisnis ini adalah dari penjualan sushi, baik di gerai, antar, atau online. Harga yang ditetapkan untuk satu porsi sushi adalah Rp 50.000, dengan biaya produksi sekitar Rp 25.000 per porsi. Dengan asumsi bisnis ini mampu menjual 100 porsi per hari, maka pendapatan kotor yang dihasilkan adalah Rp 5.000.000 per hari, atau Rp 150.000.000 per bulan.
  • Key Resources: sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Aset: gerai atau restoran, lemari es, rice cooker, pisau, talenan, cetakan sushi, piring, sendok, garpu, gelas, meja, kursi, kulkas, dispenser, etalase, timbangan, kasir, dan perlengkapan lainnya.
    • Modal: modal awal yang dibutuhkan untuk membeli aset, bahan baku, dan biaya operasional lainnya adalah sekitar Rp 100.000.000.
    • Tenaga kerja: tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar 5-6 orang, yaitu satu orang sebagai pemilik sekaligus manajer, dua orang sebagai juru masak, dua orang sebagai pelayan, dan satu orang sebagai kurir.
    • Keterampilan: keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah keterampilan memasak, mengelola keuangan, berkomunikasi, dan melayani pelanggan.
  • Key Activities: aktivitas utama yang dilakukan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Membeli bahan baku, seperti nasi, cuka, gula, garam, nori, ikan, udang, cumi, telur, sayur, dan bahan rasa dan topping lainnya, dari pasar atau pemasok terpercaya.
    • Menyiapkan bahan baku, seperti mencuci, mengupas, memotong, mengiris, atau merebus, sesuai dengan kebutuhan.
    • Membuat sushi sesuai dengan varian yang diinginkan, dengan menggunakan rice cooker, cetakan sushi, atau tangan.
    • Menyajikan sushi kepada pelanggan, baik di gerai, antar, atau online, dengan menggunakan piring, sendok, garpu, gelas, dan lain-lain yang bersih dan rapi.
    • Menerima pembayaran dari pelanggan, baik tunai, transfer, atau online, dengan menggunakan kasir, struk, atau aplikasi online.
    • Membersihkan gerai, peralatan, dan perlengkapan yang digunakan, serta membuang sampah yang dihasilkan.
    • Mempromosikan bisnis, baik melalui mulut ke mulut, media sosial, atau iklan online, dengan menggunakan materi promosi yang menarik dan informatif.
    • Menganalisis dan mengevaluasi bisnis, baik dari segi keuangan, operasional, pemasaran, atau kualitas produk dan layanan, serta melakukan perbaikan atau pengembangan yang diperlukan.
  • Cost Structure: biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Biaya produksi: biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku, listrik, gas, air, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 25.000 per porsi, atau Rp 2.500.000 per hari, atau Rp 75.000.000 per bulan.
    • Biaya operasional: biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji tenaga kerja, sewa gerai, transportasi, perawatan peralatan, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 25.000.000 per bulan.
    • Biaya pemasaran: biaya yang dikeluarkan untuk membuat dan menyebarkan materi promosi, seperti spanduk, flyer, brosur, atau iklan online, yang diperkirakan sekitar Rp 3.000.000 per bulan.
    • Biaya administrasi: biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak, asuransi, atau biaya lain yang berkaitan dengan legalitas bisnis, yang diperkirakan sekitar Rp 2.000.000 per bulan.

Dengan demikian, biaya total yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar Rp 105.000.000 per bulan. Dengan mengurangi biaya total dari pendapatan kotor, maka laba bersih yang dihasilkan adalah sekitar Rp 45.000.000 per bulan.

6. BMC Salad

contoh bmc makanan ringan

Salad adalah salah satu menu makanan yang sehat dan mudah dibuat, dengan menggunakan sayur-sayuran, buah-buahan, atau bahan lain yang dicampur dengan saus atau dressing. Berikut adalah contoh bisnis model canvas makanan untuk bisnis salad:

  • Customer Segments: segmen pasar yang menjadi target pelanggan adalah masyarakat umum yang suka makan salad, terutama di kalangan wanita, pekerja, atau orang yang peduli dengan kesehatan, dengan rentang usia 15-55 tahun, dan berdomisili di daerah perkotaan.
  • Value Propositions: nilai yang ditawarkan oleh bisnis ini adalah salad yang memiliki rasa yang lezat, segar, dan sehat, dengan bahan-bahan yang berkualitas dan organik. Bisnis ini juga menawarkan berbagai macam varian salad, seperti sayur, buah, daging, keju, atau kacang, serta saus atau dressing, seperti mayones, yogurt, vinaigrette, atau pesto. Bisnis ini juga menjamin kepraktisan dan kecepatan dalam menyajikan salad, dengan menggunakan konsep salad bar atau salad box.
  • Channels: saluran yang digunakan untuk menjangkau, menyampaikan, dan menjual produk ini adalah melalui gerai atau kafe yang berlokasi di pusat perbelanjaan, mall, perkantoran, atau tempat-tempat ramai lainnya. Bisnis ini juga menerima pesanan melalui telepon, aplikasi online, atau media sosial, dan menyediakan layanan antar atau delivery.
  • Customer Relationships: jenis hubungan yang dibangun dengan pelanggan adalah melalui interaksi langsung, baik saat memesan, membayar, atau menerima produk. Bisnis ini juga memberikan kartu loyalitas atau diskon kepada pelanggan setia, serta mengadakan promosi atau event tertentu untuk menarik pelanggan baru. Bisnis ini juga menerima masukan atau saran dari pelanggan melalui kotak saran, buku tamu, atau media sosial.
  • Revenue Streams: sumber pendapatan yang dihasilkan dari bisnis ini adalah dari penjualan salad, baik di gerai, antar, atau online. Harga yang ditetapkan untuk satu porsi salad adalah Rp 25.000, dengan biaya produksi sekitar Rp 15.000 per porsi. Dengan asumsi bisnis ini mampu menjual 100 porsi per hari, maka pendapatan kotor yang dihasilkan adalah Rp 2.500.000 per hari, atau Rp 75.000.000 per bulan.
  • Key Resources: sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Aset: gerai atau kafe, lemari es, blender, pisau, talenan, mangkuk, sendok, garpu, gelas, meja, kursi, kulkas, dispenser, etalase, timbangan, kasir, dan perlengkapan lainnya.
    • Modal: modal awal yang dibutuhkan untuk membeli aset, bahan baku, dan biaya operasional lainnya adalah sekitar Rp 30.000.000.
    • Tenaga kerja: tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar 3-4 orang, yaitu satu orang sebagai pemilik sekaligus manajer, satu orang sebagai juru masak, dan satu atau dua orang sebagai pelayan atau kurir.
    • Keterampilan: keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah keterampilan memasak, mengelola keuangan, berkomunikasi, dan melayani pelanggan.
  • Key Activities: aktivitas utama yang dilakukan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Membeli bahan baku, seperti sayur, buah, daging, keju, kacang, saus, dressing, dan lain-lain, dari pasar atau pemasok terpercaya.
    • Menyiapkan bahan baku, seperti mencuci, mengupas, memotong, atau mengiris, sesuai dengan kebutuhan.
    • Membuat salad sesuai dengan varian yang diinginkan, dengan menggunakan blender, mangkuk, atau tangan.
    • Menyajikan salad kepada pelanggan, baik di gerai, antar, atau online, dengan menggunakan mangkuk, sendok, garpu, gelas, dan lain-lain yang bersih dan rapi.
    • Menerima pembayaran dari pelanggan, baik tunai, transfer, atau online, dengan menggunakan kasir, struk, atau aplikasi online.
    • Membersihkan gerai, peralatan, dan perlengkapan yang digunakan, serta membuang sampah yang dihasilkan.
    • Mempromosikan bisnis, baik melalui mulut ke mulut, media sosial, atau iklan online, dengan menggunakan materi promosi yang menarik dan informatif.
    • Menganalisis dan mengevaluasi bisnis, baik dari segi keuangan, operasional, pemasaran, atau kualitas produk dan layanan, serta melakukan perbaikan atau pengembangan yang diperlukan.
  • Cost Structure: biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Biaya produksi: biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku, listrik, gas, air, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 15.000 per porsi, atau Rp 1.500.000 per hari, atau Rp 45.000.000 per bulan.
    • Biaya operasional: biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji tenaga kerja, sewa gerai, transportasi, perawatan peralatan, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 15.000.000 per bulan.
    • Biaya pemasaran: biaya yang dikeluarkan untuk membuat dan menyebarkan materi promosi, seperti spanduk, flyer, brosur, atau iklan online, yang diperkirakan sekitar Rp 2.000.000 per bulan.
    • Biaya administrasi: biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak, asuransi, atau biaya lain yang berkaitan dengan legalitas bisnis, yang diperkirakan sekitar Rp 1.000.000 per bulan.

Dengan demikian, biaya total yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar Rp 63.000.000 per bulan. Dengan mengurangi biaya total dari pendapatan kotor, maka laba bersih yang dihasilkan adalah sekitar Rp 12.000.000 per bulan.

7. Contoh BMC Burger

Contoh BMC Burger

Burger adalah salah satu menu makanan yang berasal dari Amerika, namun sudah populer di seluruh dunia. Berikut adalah contoh bisnis model canvas makanan untuk bisnis burger:

  • Customer Segments: segmen pasar yang menjadi target pelanggan adalah masyarakat umum yang suka makan burger, terutama di kalangan remaja, mahasiswa, atau pekerja, dengan rentang usia 15-45 tahun, dan berdomisili di daerah perkotaan.
  • Value Propositions: nilai yang ditawarkan oleh bisnis ini adalah burger yang memiliki rasa yang lezat, gurih, dan kenyang, dengan roti yang empuk dan isi yang berlimpah. Bisnis ini juga menawarkan berbagai macam varian burger, seperti beef, chicken, cheese, veggie, atau custom, serta saus, selada, tomat, acar, atau keju sebagai pelengkap. Bisnis ini juga menjamin kualitas dan kesegaran bahan-bahan yang digunakan, serta pelayanan yang ramah dan cepat.
  • Channels: saluran yang digunakan untuk menjangkau, menyampaikan, dan menjual produk ini adalah melalui gerai atau kedai yang berlokasi di pusat perbelanjaan, mall, kampus, atau tempat-tempat ramai lainnya. Bisnis ini juga menerima pesanan melalui telepon, aplikasi online, atau media sosial, dan menyediakan layanan antar atau delivery.
  • Customer Relationships: jenis hubungan yang dibangun dengan pelanggan adalah melalui interaksi langsung, baik saat memesan, membayar, atau menerima produk. Bisnis ini juga memberikan kartu loyalitas atau diskon kepada pelanggan setia, serta mengadakan promosi atau event tertentu untuk menarik pelanggan baru. Bisnis ini juga menerima masukan atau saran dari pelanggan melalui kotak saran, buku tamu, atau media sosial.
  • Revenue Streams: sumber pendapatan yang dihasilkan dari bisnis ini adalah dari penjualan burger, baik di gerai, antar, atau online. Harga yang ditetapkan untuk satu porsi burger adalah Rp 20.000, dengan biaya produksi sekitar Rp 10.000 per porsi. Dengan asumsi bisnis ini mampu menjual 100 porsi per hari, maka pendapatan kotor yang dihasilkan adalah Rp 2.000.000 per hari, atau Rp 60.000.000 per bulan.
  • Key Resources: sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Aset: gerai atau kedai, oven, kompor, wajan, pisau, talenan, cetakan burger, roti, piring, sendok, garpu, gelas, meja, kursi, kulkas, dispenser, etalase, timbangan, kasir, dan perlengkapan lainnya.
    • Modal: modal awal yang dibutuhkan untuk membeli aset, bahan baku, dan biaya operasional lainnya adalah sekitar Rp 25.000.000.
    • Tenaga kerja: tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar 3-4 orang, yaitu satu orang sebagai pemilik sekaligus manajer, satu orang sebagai juru masak, dan satu atau dua orang sebagai pelayan atau kurir.
    • Keterampilan: keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah keterampilan memasak, mengelola keuangan, berkomunikasi, dan melayani pelanggan.
  • Key Activities: aktivitas utama yang dilakukan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Membeli bahan baku, seperti daging sapi, ayam, atau sayur, roti, saus, selada, tomat, acar, keju, dan bahan rasa dan topping lainnya, dari pasar atau pemasok terpercaya.
    • Menyiapkan bahan baku, seperti mencuci, mengupas, memotong, menggoreng, atau membakar, sesuai dengan kebutuhan.
    • Membuat burger sesuai dengan varian yang diinginkan, dengan menggunakan cetakan burger, oven, atau kompor.
    • Menyajikan burger kepada pelanggan, baik di gerai, antar, atau online, dengan menggunakan piring, sendok, garpu, gelas, dan lain-lain yang bersih dan rapi.
    • Menerima pembayaran dari pelanggan, baik tunai, transfer, atau online, dengan menggunakan kasir, struk, atau aplikasi online.
    • Membersihkan gerai, peralatan, dan perlengkapan yang digunakan, serta membuang sampah yang dihasilkan.
    • Mempromosikan bisnis, baik melalui mulut ke mulut, media sosial, atau iklan online, dengan menggunakan materi promosi yang menarik dan informatif.
    • Menganalisis dan mengevaluasi bisnis, baik dari segi keuangan, operasional, pemasaran, atau kualitas produk dan layanan, serta melakukan perbaikan atau pengembangan yang diperlukan.
  • Cost Structure: biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Biaya produksi: biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku, listrik, gas, air, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 10.000 per porsi, atau Rp 1.000.000 per hari, atau Rp 30.000.000 per bulan.
    • Biaya operasional: biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji tenaga kerja, sewa gerai, transportasi, perawatan peralatan, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 15.000.000 per bulan.
    • Biaya pemasaran: biaya yang dikeluarkan untuk membuat dan menyebarkan materi promosi, seperti spanduk, flyer, brosur, atau iklan online, yang diperkirakan sekitar Rp 2.000.000 per bulan.
    • Biaya administrasi: biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak, asuransi, atau biaya lain yang berkaitan dengan legalitas bisnis, yang diperkirakan sekitar Rp 1.000.000 per bulan.

Dengan demikian, biaya total yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar Rp 48.000.000 per bulan. Dengan mengurangi biaya total dari pendapatan kotor, maka laba bersih yang dihasilkan adalah sekitar Rp 12.000.000 per bulan.

8. Contoh BMC Martabak

Contoh BMC Martabak

Martabak adalah salah satu menu makanan yang berasal dari Timur Tengah, namun sudah populer di Indonesia. Berikut adalah contoh bisnis model canvas makanan untuk bisnis martabak:

  • Customer Segments: segmen pasar yang menjadi target pelanggan adalah masyarakat umum yang suka makan martabak, terutama di kalangan menengah ke bawah, dengan rentang usia 15-45 tahun, dan berdomisili di daerah perkotaan.
  • Value Propositions: nilai yang ditawarkan oleh bisnis ini adalah martabak yang memiliki rasa yang lezat, gurih, dan manis, dengan adonan yang renyah dan isi yang berlimpah. Bisnis ini juga menawarkan berbagai macam varian martabak, seperti telur, daging, keju, cokelat, kacang, atau pisang, serta saus, susu kental manis, atau madu sebagai pelengkap. Bisnis ini juga menjamin kebersihan dan kesehatan bahan-bahan yang digunakan, serta pelayanan yang ramah dan cepat.
  • Channels: saluran yang digunakan untuk menjangkau, menyampaikan, dan menjual produk ini adalah melalui gerobak atau warung yang berlokasi di pinggir jalan, dekat dengan perkantoran, kampus, sekolah, atau tempat-tempat ramai lainnya. Bisnis ini juga menerima pesanan melalui telepon, aplikasi online, atau media sosial, dan menyediakan layanan antar atau delivery.
  • Customer Relationships: jenis hubungan yang dibangun dengan pelanggan adalah melalui interaksi langsung, baik saat memesan, membayar, atau menerima produk. Bisnis ini juga memberikan kartu loyalitas atau diskon kepada pelanggan setia, serta mengadakan promosi atau event tertentu untuk menarik pelanggan baru. Bisnis ini juga menerima masukan atau saran dari pelanggan melalui kotak saran, buku tamu, atau media sosial.
  • Revenue Streams: sumber pendapatan yang dihasilkan dari bisnis ini adalah dari penjualan martabak, baik di gerobak, antar, atau online. Harga yang ditetapkan untuk satu porsi martabak adalah Rp 20.000, dengan biaya produksi sekitar Rp 10.000 per porsi. Dengan asumsi bisnis ini mampu menjual 100 porsi per hari, maka pendapatan kotor yang dihasilkan adalah Rp 2.000.000 per hari, atau Rp 60.000.000 per bulan.
  • Key Resources: sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Aset: gerobak atau warung, oven, kompor, wajan, pisau, talenan, cetakan martabak, roti, piring, sendok, garpu, gelas, meja, kursi, kulkas, dispenser, etalase, timbangan, kasir, dan perlengkapan lainnya.
    • Modal: modal awal yang dibutuhkan untuk membeli aset, bahan baku, dan biaya operasional lainnya adalah sekitar Rp 20.000.000.
    • Tenaga kerja: tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar 2-3 orang, yaitu satu orang sebagai pemilik sekaligus juru masak, dan satu atau dua orang sebagai pelayan atau kurir.
    • Keterampilan: keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah keterampilan memasak, mengelola keuangan, berkomunikasi, dan melayani pelanggan.
  • Key Activities: aktivitas utama yang dilakukan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Membeli bahan baku, seperti telur, daging, keju, cokelat, kacang, pisang, saus, susu kental manis, madu, dan bahan rasa dan topping lainnya, dari pasar atau pemasok terpercaya.
    • Menyiapkan bahan baku, seperti mencampur, mengaduk, memanaskan, atau membakar, sesuai dengan kebutuhan.
    • Membuat martabak sesuai dengan varian yang diinginkan, dengan menggunakan cetakan martabak, oven, atau kompor.
    • Menyajikan martabak kepada pelanggan, baik di gerobak, antar, atau online, dengan menggunakan piring, sendok, garpu, gelas, dan lain-lain yang bersih dan rapi.
    • Menerima pembayaran dari pelanggan, baik tunai, transfer, atau online, dengan menggunakan kasir, struk, atau aplikasi online.
    • Membersihkan gerobak, peralatan, dan perlengkapan yang digunakan, serta membuang sampah yang dihasilkan.
    • Mempromosikan bisnis, baik melalui mulut ke mulut, media sosial, atau iklan online, dengan menggunakan materi promosi yang menarik dan informatif.
    • Menganalisis dan mengevaluasi bisnis, baik dari segi keuangan, operasional, pemasaran, atau kualitas produk dan layanan, serta melakukan perbaikan atau pengembangan yang diperlukan.
  • Cost Structure: biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Biaya produksi: biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku, listrik, gas, air, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 10.000 per porsi, atau Rp 1.000.000 per hari, atau Rp 30.000.000 per bulan.
    • Biaya operasional: biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji tenaga kerja, sewa gerobak, transportasi, perawatan peralatan, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 10.000.000 per bulan.
    • Biaya pemasaran: biaya yang dikeluarkan untuk membuat dan menyebarkan materi promosi, seperti spanduk, flyer, brosur, atau iklan online, yang diperkirakan sekitar Rp 1.000.000 per bulan.
    • Biaya administrasi: biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak, asuransi, atau biaya lain yang berkaitan dengan legalitas bisnis, yang diperkirakan sekitar Rp 1.000.000 per bulan.

Dengan demikian, biaya total yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar Rp 42.000.000 per bulan. Dengan mengurangi biaya total dari pendapatan kotor, maka laba bersih yang dihasilkan adalah sekitar Rp 18.000.000 per bulan.

9. Contoh BMC Soto

Contoh BMC Soto

Soto adalah salah satu menu khas dari Indonesia, dengan menggunakan kuah kaldu yang gurih dan berbagai macam isian, seperti daging, ayam, telur, tahu, tempe, atau bihun. Berikut adalah contoh bisnis model canvas makanan untuk bisnis soto:

  • Customer Segments: segmen pasar yang menjadi target pelanggan adalah masyarakat umum yang suka makan soto, terutama di kalangan menengah ke bawah, dengan rentang usia 15-45 tahun, dan berdomisili di daerah perkotaan.
  • Value Propositions: nilai yang ditawarkan oleh bisnis ini adalah soto yang memiliki rasa yang lezat, gurih, dan hangat, dengan kuah kaldu yang kaya dan isian yang berlimpah. Bisnis ini juga menawarkan berbagai macam varian soto, seperti soto ayam, soto daging, soto betawi, soto madura, soto lamongan, atau soto banjar, serta sambal, jeruk nipis, bawang goreng, atau kerupuk sebagai pelengkap. Bisnis ini juga menjamin kebersihan dan kesehatan bahan-bahan yang digunakan, serta pelayanan yang ramah dan cepat.
  • Channels: saluran yang digunakan untuk menjangkau, menyampaikan, dan menjual produk ini adalah melalui gerobak atau warung yang berlokasi di pinggir jalan, dekat dengan perkantoran, kampus, sekolah, atau tempat-tempat ramai lainnya. Bisnis ini juga menerima pesanan melalui telepon, aplikasi online, atau media sosial, dan menyediakan layanan antar atau delivery.
  • Customer Relationships: jenis hubungan yang dibangun dengan pelanggan adalah melalui interaksi langsung, baik saat memesan, membayar, atau menerima produk. Bisnis ini juga memberikan kartu loyalitas atau diskon kepada pelanggan setia, serta mengadakan promosi atau event tertentu untuk menarik pelanggan baru. Bisnis ini juga menerima masukan atau saran dari pelanggan melalui kotak saran, buku tamu, atau media sosial.
  • Revenue Streams: sumber pendapatan yang dihasilkan dari bisnis ini adalah dari penjualan soto, baik di gerobak, antar, atau online. Harga yang ditetapkan untuk satu porsi soto adalah Rp 15.000, dengan biaya produksi sekitar Rp 8.000 per porsi. Dengan asumsi bisnis ini mampu menjual 100 porsi per hari, maka pendapatan kotor yang dihasilkan adalah Rp 1.500.000 per hari, atau Rp 45.000.000 per bulan.
  • Key Resources: sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Aset: gerobak atau warung, kompor, panci, saringan, sendok, garpu, mangkuk, gelas, meja, kursi, kulkas, dispenser, etalase, timbangan, kasir, dan perlengkapan lainnya.
    • Modal: modal awal yang dibutuhkan untuk membeli aset, bahan baku, dan biaya operasional lainnya adalah sekitar Rp 15.000.000.
    • Tenaga kerja: tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar 2-3 orang, yaitu satu orang sebagai pemilik sekaligus juru masak, dan satu atau dua orang sebagai pelayan atau kurir.
    • Keterampilan: keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah keterampilan memasak, mengelola keuangan, berkomunikasi, dan melayani pelanggan.
  • Key Activities: aktivitas utama yang dilakukan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Membeli bahan baku, seperti daging sapi, ayam, telur, bawang, bumbu, sayur, bihun, kuah, dan lain-lain, dari pasar atau pemasok terpercaya.
    • Menyiapkan bahan baku, seperti mencuci, mengupas, memotong, menggoreng, atau merebus, sesuai dengan kebutuhan.
    • Membuat soto sesuai dengan varian yang diinginkan, dengan menggunakan panci, saringan, atau kompor.
    • Menyajikan soto kepada pelanggan, baik di gerobak, antar, atau online, dengan menggunakan mangkuk, sendok, garpu, gelas, dan lain-lain yang bersih dan rapi.
    • Menerima pembayaran dari pelanggan, baik tunai, transfer, atau online, dengan menggunakan kasir, struk, atau aplikasi online.
    • Membersihkan gerobak, peralatan, dan perlengkapan yang digunakan, serta membuang sampah yang dihasilkan.
    • Mempromosikan bisnis, baik melalui mulut ke mulut, media sosial, atau iklan online, dengan menggunakan materi promosi yang menarik dan informatif.
    • Menganalisis dan mengevaluasi bisnis, baik dari segi keuangan, operasional, pemasaran, atau kualitas produk dan layanan, serta melakukan perbaikan atau pengembangan yang diperlukan.
  • Cost Structure: biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Biaya produksi: biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku, gas, air, listrik, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 8.000 per porsi, atau Rp 800.000 per hari, atau Rp 24.000.000 per bulan.
    • Biaya operasional: biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji tenaga kerja, sewa gerobak, transportasi, perawatan peralatan, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 10.000.000 per bulan.
    • Biaya pemasaran: biaya yang dikeluarkan untuk membuat dan menyebarkan materi promosi, seperti spanduk, flyer, brosur, atau iklan online, yang diperkirakan sekitar Rp 1.000.000 per bulan.
    • Biaya administrasi: biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak, asuransi, atau biaya lain yang berkaitan dengan legalitas bisnis, yang diperkirakan sekitar Rp 1.000.000 per bulan.
  • Dengan demikian, biaya total yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar Rp 36.000.000 per bulan. Dengan mengurangi biaya total dari pendapatan kotor, maka laba bersih yang dihasilkan adalah sekitar Rp 9.000.000 per bulan.

10. Contoh Bisnis Model Canvas Keripik

Contoh Bisnis Model Canvas Keripik

Berikut adalah contoh bisnis model canvas makanan untuk bisnis keripik:

  • Customer Segments: segmen pasar yang menjadi target pelanggan adalah masyarakat umum yang suka makan keripik, terutama di kalangan menengah ke bawah, dengan rentang usia 15-45 tahun, dan berdomisili di daerah perkotaan atau pedesaan.
  • Value Propositions: nilai yang ditawarkan oleh bisnis ini adalah keripik yang memiliki rasa yang renyah, gurih, dan manis, dengan bahan baku yang berkualitas dan higienis. Bisnis ini juga menawarkan berbagai macam varian keripik, seperti keripik singkong, keripik pisang, keripik tempe, keripik apel, atau keripik custom, serta bumbu atau topping, seperti balado, keju, cokelat, atau karamel. Bisnis ini juga menjamin kemasan yang menarik dan tahan lama, serta pelayanan yang ramah dan cepat.
  • Channels: saluran yang digunakan untuk menjangkau, menyampaikan, dan menjual produk ini adalah melalui gerobak, warung, toko, retail, supermarket, atau online. Bisnis ini juga menerima pesanan melalui telepon, aplikasi online, atau media sosial, dan menyediakan layanan antar atau delivery.
  • Customer Relationships: jenis hubungan yang dibangun dengan pelanggan adalah melalui interaksi langsung, baik saat memesan, membayar, atau menerima produk. Bisnis ini juga memberikan kartu loyalitas atau diskon kepada pelanggan setia, serta mengadakan promosi atau event tertentu untuk menarik pelanggan baru. Bisnis ini juga menerima masukan atau saran dari pelanggan melalui kotak saran, buku tamu, atau media sosial.
  • Revenue Streams: sumber pendapatan yang dihasilkan dari bisnis ini adalah dari penjualan keripik, baik di gerobak, warung, toko, retail, supermarket, atau online. Harga yang ditetapkan untuk satu bungkus keripik adalah Rp 10.000, dengan biaya produksi sekitar Rp 5.000 per bungkus. Dengan asumsi bisnis ini mampu menjual 100 bungkus per hari, maka pendapatan kotor yang dihasilkan adalah Rp 1.000.000 per hari, atau Rp 30.000.000 per bulan.
  • Key Resources: sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Aset: gerobak, warung, toko, oven, kompor, wajan, pisau, talenan, cetakan keripik, plastik, piring, sendok, garpu, gelas, meja, kursi, kulkas, dispenser, etalase, timbangan, kasir, dan perlengkapan lainnya.
    • Modal: modal awal yang dibutuhkan untuk membeli aset, bahan baku, dan biaya operasional lainnya adalah sekitar Rp 15.000.000.
    • Tenaga kerja: tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar 2-3 orang, yaitu satu orang sebagai pemilik sekaligus juru masak, dan satu atau dua orang sebagai pelayan atau kurir.
    • Keterampilan: keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis ini adalah keterampilan memasak, mengelola keuangan, berkomunikasi, dan melayani pelanggan.
  • Key Activities: aktivitas utama yang dilakukan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Membeli bahan baku, seperti singkong, pisang, tempe, apel, atau bahan lain, bumbu, topping, dan lain-lain, dari pasar atau pemasok terpercaya.
    • Menyiapkan bahan baku, seperti mencuci, mengupas, memotong, menggoreng, atau membakar, sesuai dengan kebutuhan.
    • Membuat keripik sesuai dengan varian yang diinginkan, dengan menggunakan cetakan keripik, oven, atau kompor.
    • Menyajikan keripik kepada pelanggan, baik di gerobak, warung, toko, retail, supermarket, atau online, dengan menggunakan plastik, piring, sendok, garpu, gelas, dan lain-lain yang bersih dan rapi.
    • Menerima pembayaran dari pelanggan, baik tunai, transfer, atau online, dengan menggunakan kasir, struk, atau aplikasi online.
    • Membersihkan gerobak, warung, toko, peralatan, dan perlengkapan yang digunakan, serta membuang sampah yang dihasilkan.
    • Mempromosikan bisnis, baik melalui mulut ke mulut, media sosial, atau iklan online, dengan menggunakan materi promosi yang menarik dan informatif.
    • Menganalisis dan mengevaluasi bisnis, baik dari segi keuangan, operasional, pemasaran, atau kualitas produk dan layanan, serta melakukan perbaikan atau pengembangan yang diperlukan.
  • Cost Structure: biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sebagai berikut:
    • Biaya produksi: biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku, gas, air, listrik, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 5.000 per bungkus, atau Rp 500.000 per hari, atau Rp 15.000.000 per bulan.
    • Biaya operasional: biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji tenaga kerja, sewa gerobak, warung, toko, transportasi, perawatan peralatan, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 10.000.000 per bulan.
    • Biaya pemasaran: biaya yang dikeluarkan untuk membuat dan menyebarkan materi promosi, seperti spanduk, flyer, brosur, atau iklan online, yang diperkirakan sekitar Rp 1.000.000 per bulan.
    • Biaya administrasi: biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak, asuransi, atau biaya lain yang berkaitan dengan legalitas bisnis, yang diperkirakan sekitar Rp 1.000.000 per bulan.

Dari contoh bisnis model canvas makanan bisa dilihat bahwa, biaya total yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis ini adalah sekitar Rp 27.000.000 per bulan. Dengan mengurangi biaya total dari pendapatan kotor, maka laba bersih yang dihasilkan adalah sekitar Rp 3.000.000 per bulan.

11. Contoh Bisnis Model Canvas Kue

Contoh Bisnis Model Canvas Kue

Berikut adalah contoh bisnis model canvas makanan untuk bisnis kue:

  • Customer Segments (Segmen Pelanggan): Menjelaskan segmentasi pelanggan atau pelanggan potensial yang tertarik dengan produk kue yang ditawarkan. Contoh: masyarakat umum yang suka makan kue, terutama di kalangan menengah ke atas, dengan rentang usia 15-55 tahun, dan berdomisili di daerah perkotaan.
  • Value Propositions (Proposisi Nilai): Menjelaskan nilai tambah atau keunggulan produk kue yang dibuat, yang akan membuat bisnis terlihat menarik dan berbeda dengan bisnis lainnya. Contoh: kue yang memiliki rasa yang lezat, cantik, dan berkualitas, dengan bahan-bahan yang sehat dan higienis. Bisnis ini juga menawarkan berbagai macam varian kue, seperti kue basah, kue kering, kue tart, kue ulang tahun, kue pernikahan, atau kue custom, serta topping, hiasan, atau dekorasi yang sesuai dengan selera pelanggan.
  • Channels (Saluran): Mengetahui media bisnis untuk menjelaskan, menawarkan, dan menjual produk kue yang dibuat. Contoh: media sosial, website, blog, aplikasi online, atau toko online. Bisnis ini juga menerima pesanan melalui telepon, email, atau chat, dan menyediakan layanan antar atau delivery.
  • Customer Relationships (Hubungan Pelanggan): Mengetahui cara bisnis tertentu agar bisa menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan, seperti memberikan layanan konsultasi, pemesanan, pembayaran, pengiriman, atau komplain yang mudah dan cepat. Bisnis ini juga memberikan kartu loyalitas atau diskon kepada pelanggan setia, serta mengadakan promosi atau event tertentu untuk menarik pelanggan baru. Bisnis ini juga menerima masukan atau saran dari pelanggan melalui kotak saran, buku tamu, atau media sosial.
  • Revenue Streams (Arus Pendapatan): Menjabarkan struktur finansial perusahaan. Pada bagian ini, kamu perlu menuliskan produk atau jasa yang dapat memberi pemasukan. Contoh: penjualan kue, baik di toko online, antar, atau online. Harga yang ditetapkan untuk satu porsi kue adalah Rp 50.000, dengan biaya produksi sekitar Rp 25.000 per porsi. Dengan asumsi bisnis ini mampu menjual 100 porsi per hari, maka pendapatan kotor yang dihasilkan adalah Rp 5.000.000 per hari, atau Rp 150.000.000 per bulan.
  • Key Resources (Sumber Daya): Menjabarkan sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis kue, seperti aset, modal, tenaga kerja, dan keterampilan. Contoh:
    • Aset: oven, mixer, cetakan kue, loyang, pisau, talenan, spatula, mangkuk, piring, sendok, garpu, gelas, meja, kursi, kulkas, dispenser, etalase, timbangan, kasir, dan perlengkapan lainnya.
    • Modal: modal awal yang dibutuhkan untuk membeli aset, bahan baku, dan biaya operasional lainnya adalah sekitar Rp 100.000.000.
    • Tenaga kerja: tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis kue adalah sekitar 5-6 orang, yaitu satu orang sebagai pemilik sekaligus manajer, dua orang sebagai juru masak, dua orang sebagai pelayan, dan satu orang sebagai kurir.
    • Keterampilan: keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan bisnis kue adalah keterampilan memasak, mengelola keuangan, berkomunikasi, dan melayani pelanggan.
  • Key Activities (Aktivitas Kunci): Menjabarkan aktivitas paling penting yang perlu dijalankan untuk menciptakan proposisi nilai yang efektif. Contoh:
    • Membeli bahan baku, seperti tepung, gula, telur, mentega, susu, ragi, cokelat, keju, buah, dan bahan rasa dan topping lainnya, dari pasar atau pemasok terpercaya.
    • Menyiapkan bahan baku, seperti mencampur, mengaduk, menguleni, memotong, atau menaburi, sesuai dengan kebutuhan.
    • Membuat kue sesuai dengan varian yang diinginkan, dengan menggunakan oven, mixer, cetakan kue, atau loyang.
    • Menyajikan kue kepada pelanggan, baik di toko online, antar, atau online, dengan menggunakan piring, sendok, garpu, gelas, dan lain-lain yang bersih dan rapi.
    • Menerima pembayaran dari pelanggan, baik tunai, transfer, atau online, dengan menggunakan kasir, struk, atau aplikasi online.
    • Membersihkan toko, peralatan, dan perlengkapan yang digunakan, serta membuang sampah yang dihasilkan.
    • Mempromosikan bisnis, baik melalui mulut ke mulut, media sosial, atau iklan online, dengan menggunakan materi promosi yang menarik dan informatif.
    • Menganalisis dan mengevaluasi bisnis, baik dari segi keuangan, operasional, pemasaran, atau kualitas produk dan layanan, serta melakukan perbaikan atau pengembangan yang diperlukan.
  • Cost Structure (Struktur Biaya): Menjabarkan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis kue, seperti biaya produksi, biaya operasional, biaya pemasaran, dan biaya administrasi. Contoh:
    • Biaya produksi: biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku, listrik, gas, air, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 25.000 per porsi, atau Rp 2.500.000 per hari, atau Rp 75.000.000 per bulan.
    • Biaya operasional: biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji tenaga kerja, sewa toko, transportasi, perawatan peralatan, dan lain-lain, yang diperkirakan sekitar Rp 20.000.000 per bulan.
    • Biaya pemasaran: biaya yang dikeluarkan untuk membuat dan menyebarkan materi promosi, seperti spanduk, flyer, brosur, atau iklan online, yang diperkirakan sekitar Rp 3.000.000 per bulan.
    • Biaya administrasi: biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak, asuransi, atau biaya lain yang berkaitan dengan legalitas bisnis, yang diperkirakan sekitar Rp 2.000.000 per bulan.

Dari contoh bisnis model canvas makanan di atas, biaya total yang dikeluarkan untuk menjalankan bisnis kue adalah sekitar Rp 100.000.000 per bulan. Dengan mengurangi biaya total dari pendapatan kotor, maka laba bersih yang dihasilkan adalah sekitar Rp 50.000.000 per bulan.

Kesimpulan

Demikianlah contoh bisnis model canvas untuk bisnis makanan yang bisa kalian coba. Semoga bermanfaat dan menginspirasi kalian untuk memulai bisnis makanan yang sukses.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *